Revitalisasi Malioboro: Antara Sejarah dan Perubahan Zaman

Karena perubahan zaman, pemerintah mencoba mengubah wajah Malioboro dengan tetap mempertahankan nilai filosofisnya melalui revitalisasi.
Karena perubahan zaman, pemerintah mencoba mengubah wajah Malioboro dengan tetap mempertahankan nilai filosofisnya melalui revitalisasi.
Beberapa daerah di DIY tergenangĀ airĀ dan mengalami longsor pada Selasa (28/11). Namun, Badai Cempaka bukan satu-satunya penyebab. Tata kota yang kurang baik juga ikut memengaruhi.
Pesona Pantai Timang meriah di media sosial, tapi destinasi ini masih memiliki masalah infrastruktur berupa listrik dan akses jalan.
Pembebasan lahan proyek bandara Kulon Progo mengalami puncak kericuhan pada Senin (4/12) dan Selasa (5/12), yang merupakan batas akhir yang diberikan PT Angkasa Pura I kepada warga di lima desa untuk meninggalkan rumah mereka.
Letusan Gunung Agung memiliki pengaruh besar pada sejumlah hal, dari lingkungan hingga ekonomi.
Kebun bunga amarilis yang berada di Patuk Gunungkidul dan juga kebun bunga matahari yang berada di Bantul kembali mekar.
Mutohar dan warga setempat mengubah saluran irigasi menjadi tempat pemeliharaan ikan.
Warung Kita di Jalan Nitiprayan 110 Bantul menyuguhkan masakan sehat yang bahan bakunya berasal dari kebun organik dan bahan lokal warga sekitar.
Wildlife Rescue Center hadir membantu satwa-satwa liar yang menjadi korban, untuk kembali ke habitat dan jati diri mereka.
Turunnya Undang-Undang tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta No 13 tahun 2012 membawa pengaruh signifikan pada tata ruang Yogyakarta, khususnya area sumbu filosofis. Banyaknya permasalahan pada area sumbu filosofis, menggerakkan pemerintah untuk merekonstruksi ulang kawasan yang telah kehilangan keistimewaannya. Menggandeng partisipasi masyarakat, pemerintah mengadakan sayembara penataan desain kawasan Malioboro pada 2014 yang dimenangkan oleh Tim Jogja […]