Oleh: Karuniawati
Situasi sulit di masa pandemi tidak menjadi penghalang bagi mahasiswa UGM untuk berkreativitas. Meskipun masa pandemi membuat berbagai kegiatan tidak bisa diselenggarakan secara normal, banyak mahasiswa beradaptasi dan menyesuaikan kegiatannya dengan kondisi saat ini.
Misalnya saja seperti yang dilakukan oleh Keluarga Mahasiswa Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik UGM yang tetap memilih untuk melaksanakan acara tahunan mereka, tentu dengan menyesuaikan kondisi. Acara tahunan ini bertajuk meIDEA, biasa diselenggarakan luring, kini bertransformasi menjadi daring. Dilaksanakan pada 26 September 2020, meIDEA mengangkat tema “BrandHack: Outsmarting The Mainstream” yang menghadirkan dua orang pembicara, yaitu Mada Riyanhadi (brand designer) dan Andini Saras atau yang lebih dikenal dengan ustadchen (social media influencer).
Diselenggarakan secara gratis, meIDEA memberikan fasilitas Zoom Webinar, e-certificate, serta doorprize senilai Rp 300 ribu. Perubahan format acara menjadi daring tidak menyurutkan tingginya antusiasme pendaftar. Luqman Arkan (20), ketua acara, menjelaskan betapa senangnya para panitia melihat animo pendaftar yang di luar ekspektasi. “Peserta yang mendaftar itu sampai seribu lebih, kami bahkan kewalahan kalau menampung semua pada platform Zoom, jadi kami juga membuka YouTube Live,” tuturnya.
Di sela-sela webinar, partisipan yang hadir diajak untuk mengikuti creative story challenge. Pemenang yang dipilih oleh Mada selaku pembicara mendapatkan doorprize berupa saldo Gopay. Di balik kesuksesan ini, banyak tantangan dan strategi yang harus dilakukan. Arkan menceritakan proses penggarapan meIDEA yang dimulai dari Juli 2020. Berbagai tantangan itu misalnya seperti kesulitan mencari pembicara hingga miskomunikasi dengan pihak departemen. “Kami sulit mencari pembicara yang sesuai dengan budget, sempat ada kena marah juga sama departemen tapi untungnya departemen mau memberikan jalan keluar,” sebut Arkan.
Perjuangan panitia untuk menghindari miskomunikasi saat acara berlangsung memerlukan briefing yang matang. “Jumat malam kami adakan briefing panitia bersama pembicara untuk menjelaskan rundown dan konsep challenge. Pas hari H kami kembali melakukan briefing untuk pengingat serta menghindari miskomunikasi,” ujarnya. Berhasil, mereka hanya mengalami sedikit miskomunikasi yang dapat segera ditangani.
Acara tahunan lainnya datang dari Himpunan Mahasiswa Teknik Industri Fakultas Teknik UGM dengan training class. Biasa diselenggarakan luring, training ini juga beradaptasi menjadi daring dalam bentuk webinar yang bertajuk Copywriting Training. Dilaksanakan 4 Oktober 2020 dengan tema “How to Persuade with Your Writing” bersama Ahmad Khadafi (redaktur utama Mojok) sebagai pembicara. Annisa Rahmi (20), humas acara, menjelaskan persiapan mereka dimulai dari Februari 2020, yang mana rancangan awal pelaksanaan acara akan jatuh pada akhir Maret. Namun sempat tertunda karena kesibukan kuliah daring dan praktikum, hingga kembali serius digarap di bulan Agustus.
Nisa menjelaskan, panitia melihat peluang ramainya peminat acara-acara webinar terutama jika diadakan gratis. “Strategi yang kami pakai dimulai dengan benchmarking webinar lain, dari situ kami belajar dan bisa berkreasi lebih, seperti mengadakan sesi games biar peserta tidak jenuh,” tambahnya. Training class ini berhasil menarik hingga 350 pendaftar yang masuk dalam berbagai platform WhatsApp Group, Google Classroom, hingga Zoom Meeting. Sesuai bentuk acara sebagai training class, webinar diakhiri dengan latihan materi lewat platform Google Classroom.
Adaptasi kegiatan mahasiswa juga dilakukan oleh Perhimpunan Mahasiswa Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM yang mengadakan acara upgrading. Upgrading ini semestinya dilakukan luring, kemudian berubah ke dalam format webinar. Webinar yang dilaksanakan 19 September 2020 ini dikhususkan untuk pengurus internal, sebagai bentuk fasilitas yang diberikan oleh organisasi. Hillary Aprilia (20), ketua acara, bercerita bahwa panitia sempat mengalami kendala dalam proses penggarapannya.
“Kami sudah sering rapat, sudah rajin briefing juga, tapi masih sering mengalami miskomunikasi terutama antar panitia. Ada beberapa panitia yang menyepelekan tanggung jawabnya, sehingga aku dan wakilku harus ambil tindakan inisiatif biar acaranya tetap lancar terlaksana”. Meskipun diwarnai banyak tantangan, acara tersebut berhasil diikuti oleh 76 pengurus internal–nyaris keseluruhan dari total pengurus.
Beberapa kegiatan mahasiswa tersebut membuktikan meskipun diterpa badai kesulitan pandemi, mahasiswa mampu beradaptasi dengan baik dalam mengembangkan ide dan kreativitasnya.