Innovative Academy Founder’s Meetup: Berbagi Ilmu Membangun Startup.

Sesi berbagi pada Founder’s Meetup 2 (22/5), dari kiri ke kanan: Rizqinofa Putra (Co-Founder Skyshi), Junaili Lie (Co-Founder AccelByte), Fachry Bafadal (Co-Founder Prism), dan Sebastian Alex Dharmawangsa (Head of Marketing and Communications Innovative Academy/Moderator).

Oleh : Chaisar Ahmad

Untuk mendorong bisnis start-up di Yogyakarta, Innovative Academy UGM mengadakan Founder’s Meetup setiap bulan dengan berbagai topik yang berbeda.

Sesi berbagi itu diadakan untuk ikut menjawab tantangan yang dihadapi beragam bisnis startup di Yogyakarta, yang berjumlah 115 buah pada paruh pertama tahun 2017 dan diprediksi terus berkembang hingga 2018.

Bisnis selalu memiliki siklus kehidupan yang sama permulaan, perkembangan, dewasa, dan penurunan. Innovative Academy UGM sebagai inkubator startup berbasis teknologi milik UGM secara rutin mengadakan Founder’s Meetup yang ditujukan untuk membantu pelaku bisnis di Yogyakarta mempersiapkan diri menghadapi fase-fase bisnis tersebut.

Sebastian Alex Dharmawangsa Head of Marketing Communications Innovative Academy sekaligus inisiator Founder’s Meetup mengatakan, sesi berbagi tiap bulan itu merupakan ajang bagi startup enthusiast, calon penemu startup, pemilik dan orang-orang yang tertarik untuk dapat belajar mengendalikan usaha pada fase perkembangan yang tinggi.

“Banyak pemilik startup yang membangun startup bukan berdasarkan permasalahan yang substansial. Bahkan mahasiswa di Yogyakarta juga masih kurang mengerti bagaimana startup bekerja. Kami ingin menjadi wadah pembelajaran bagi mereka,” imbuhnya.

Founder’s Meetup pada Selasa (22/05) dihadiri oleh Junaili Lie Co-Founder AccelByte, Fachry Bafadal Co-Founder Prism, dan Rizqinofa Putra Co-Founder Skyshi dengan tema Managing Growth On Thriling Startup.

Para pembicara dan peserta mendiskusikan beragam hal, mulai proses manajemen bisnis, cara mengatasi berbagai permasalahan, hingga cara meningkatkan bisnis.

Rizqi berpendapat, membangun dan mengembangkan bisnis harus disertai dengan visi serta misi yang jelas. “Suatu startup harus membangun budaya perusahaan yang baik, selektif dalam memilih pegawai, dan memiliki system operasi yang jelas untuk mengembangkan bisnisnya,“ Imbuh Rizqi.

Sementara Junaili Lie menganggap menjadi pemilik sebuah perusahaan bisnis harus memiliki support system yang baik. “Kita bisa membangun relasi dengan para pemilik startup lain, dengan begitu kita bisa mendapatkan perspektif baru untuk menghadapi permasalahan bisnis yang dihadapi,” ungkap Jun.

Peserta Founder’s Meetup dalam sesi tanya jawab dengan pembicara.

Kegiatan inipun mendapatkan respon yang cukup positif dari penggiat startup dan komunitas startup di Yogyakarta. Salah satu peserta Founder’s Meetup 2 mengatakan acara ini cukup baik, “Founder’s Meetup memberikan masukan baru bagi komunitas-komunitas startup di Yogyakarta bukan hanya dari pengembangan produk saja tetapi juga dari sisi teknologi, budaya organisasinya, dan HRD dari startup itu sendiri,” imbuhnya.

Founder’s meetup sendiri telah diadakan untuk kedua kalinya, sebelumnya sharing session bulanan yang diadakan oleh Innovative Academy UGM didukung oleh Telkom Indonesia dan Telestra dan mengambil tema “Building IoT Startups in Indonesia’s Strategic Sectors”.

Founder’s Meetup pertama membahas potensi dan kebutuhan untuk menciptakan startup IoT yang dapat memecahkan masalah yang paling mendesak di bidang pertanian, kesehatan, pendidikan, energi, logistik, dan pariwisata. Dengan mendatangkan Edward Widjonarko Co-Founder Cicil, Andri Sembiring, M.Kom Product Developer Telkom Indonesia, Fikrian Hadi Market Researcher Telkom Indonesia, Atik Ariyani Big Data Analytics Manager Telkom Indonesia, Wayne Davies Program Manager Telstra.

Innovative Academy melalui Founder’s Meetup berharap dapat memupuk ide-ide dari calon founders startup di Yogyakarta. “Kami juga berharap mahasiswa UGM dan Yogyakarta mampu menyiapkan diri untuk mendirikan startup kedepannya,” ungkap Diana Kestanty, S.E Kepala Seksi Layanan Inovasi UGM.