Oleh: Vania Puspa Heradiasmara
Kampung Batik Manding Siberkreasi (KBMS) dilahirkan oleh kelompok Gerakan Cinta Batik sebagai Mahakarya Indonesia (GCBMI) dan Siberkreasi yang bergerak di bawah naungan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Adanya kolaborasi ini menghasilkan berbagai dampak positif bagi eksistensi batik dan kemaslahatan warganya.
KBMS terletak di Jl. Wora-wari 19, RT 01 RW 08, Kepek 1, Kepek. Jaraknya yang tidak jauh dari pusat kota Wonosari menjadikan kampung ini lokasi hunian strategis bagi para Pegawai Negeri Sipil. “Sebelum menjadi kampung batik, warga di sini kebanyakan hanya memiliki satu profesi, yaitu PNS,” ujar Eko selaku Ketua RT di Kampung Batik Manding Siberkreasi (7/9).
Pada tahun 2018, tepatnya pada Hari Batik Nasional, Kampung Batik Manding Siberkreasi diresmikan oleh Rudiantara selaku Menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia. Pemantik awal dari hadirnya KBMS merupakan inisiasi GCBMI – gerakan seni yang bersifat non-profit, kultural non-politis, dan moral non-agama.
“Saya ingin memberdayakan ibu-ibu di desa ini. Hobi saya dalam melukis kurang tepat jika diaplikasikan untuk mereka, maka dari itu, membatik menjadi salah satu alternatif sekaligus upaya pemberdayaan desa,” kata Guntur Susilo selaku penggagas GCBMI yang juga merupakan penduduk asli Desa Kepek (7/9).
GCBMI yang berdiri pada tahun 2016 dan digerakkan oleh para seniman pecinta batik, telah melakukan pelatihan membatik di desa-desa Yogyakarta. Setiap desa yang dibina akan memiliki motif batik khusus disesuaikan dengan karakteristik masing-masing desa. Motif “Manding” adalah identitas yang disematkan pada Desa Kepek karena melimpahnya buah manding muda (kepek) di setiap halaman warganya.
Upaya ini kemudian mendapat perhatian dari pemerintah melalui Siberkreasi. Siberkreasi sendiri merupakan gerakan nasional literasi digital yang diinisiasi oleh pemerintah, akademisi, dan komunitas. Gabungan antara keduanya menggambarkan semangat kerja sama untuk meningkatkan literasi digital di Indonesia melalui budaya batik.
Pelatihan membatik di KBMS merupakan langkah nyata dari masyarakat guna melestarikan karya batik sebagai warisan budaya. Tidak hanya proses membatik, pelatihan program pemasaran juga diberikan pada para pemuda setempat sehingga keduanya dapat saling melengkapi.
Livy Laurens, yang juga merupakan salah seorang inisiator GCBMI, menjelaskan lebih lanjut bentuk media yang menjadi wujud penggabungan batik dengan literasi digital. Di antaranya dengan menciptakan karya-karya dengan tema batik, seperti membuat lagu, video klip, juga karya tulis mengenai batik. Salah satunya yang populer adalah buku “Batik Siberkreasi: Gagasan Kreatif dari Batik to The Moon” karaya Livy Laurens, Guntur Susilo, dan Idha Jacinta.
Saat ini, Kampung Batik Manding Siberkreasi telah menjadi salah satu destinasi kunjungan para tokoh dari World Craft Council (Dewan Kerajinan Dunia). Info lengkap mengenai Kampung Batik Manding Siberkreasi dapat diakses melalui akun Instagram @batikmanding dan laman batiksiberkreasi.id.