oleh: Mochamad Ridha
Ada yang berbeda dengan suasana maghrib di Masjid Desa Kiyaran, Cangkringan, Sleman, Jum’at (24/2/2017). Sekelompok mahasiswa tampak antusias bersiaga di halaman Masjid sejak sore hingga senja larut. Mereka menunggu anak-anak Desa Kiyaran yang akan mengaji dan mengikuti bimbingan belajar.
Tidak ada petunjuk khas dari penampilan mahasiswa itu. Hanya jika ditanya dari mana, mereka akan menjawab dari Komunitas Kresna alias Kerabat Desa Nusantara.
Sejak Desember 2016, Kresna yang berisi Mahasiswa UGM penerima beasiswa manfaat Rumah Kepemimpinan memilih untuk menghabiskan akhir pekan mereka demi membersamai anak-anak di Desa Kiyaran, Cangkringan. Mereka menjadi relawan pengajar di desa yang berfokus pada isu pendidikan, mitigasi bencana, pengelolaan sampah, dan teknologi pertanian.
Zainal (21), Ketua Kresna, menjelaskan bahwa komunitas-komunitas di Yogyakarta kebanyakan bergerak di wilayah urban. Oleh sebab itu, Kresna hadir di daerah pedesaan bagi anak-anak yang butuh dukungan.
“Tujuan kami tak muluk-muluk, pengabdian masyarakat, sebagai perwujudan tri dharma perguruan tinggi, bukan menjadi menara gading pendidikan,” ucap Zainal, Kamis (23/2/2017).
Zainal menuturkan bahwa gerakan ini diinisiasi oleh program Rumah Kepemimpinan Regional 3 Yogyakarta. Program pengabdian yang memiliki basis desa mitra. Bahwa belajar menjadi seorang pemimpin masa depan berarti harus juga belajar agar bagaimana ia bisa dekat dengan berbagai kalangan. Selain itu, masyarakat desa juga membutuhkan peran mahasiswa untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang ada.
“Kresna adalah Kerabat Desa Nusantara. Artinya, kami ingin agar para mahasiswa dekat dengan warga dan permasalahan desa sehingga bisa bermanfaat bagi mereka” terang Zainal
Kegiatan Kresna dilaksanakan di Masjid Desa Kiyaran. Beberapa kali juga di Masjid Desa Plagrak, Cangkringan, Sleman. Ada program rutin sabtu-minggu seperti mengajar mengaji, bimbingan belajar, dan berbagi motivasi. Ada juga yang bersifat bulanan seperti pelatihan mitigasi bencana dan pengolahan daur ulang sampah-sampah plastik. Tidak hanya itu, anak-anak Desa Kiyaran diharapkan memiliki mimpi-mimpi besar dan semangat yang kuat berkat cerita inspiratif para mahasiswa.
Perjuangan Zainal dan kawan-kawan dalam mengembangkan Kresna jelas tidak mudah. Banyak hal yang harus dikorbankan. “Ya, akhir pekan kami jelas harus kami korbankan. Namun justru hadir ke desa membuat kami lebih bersyukur lagi. Banyak hal positif yang bisa kami petik. Mulai dari mengajar, berbagi, hingga srawung ke rumah-rumah warga,” jelas Arif, salah satu relawan Kresna.
Di Desa Kiyaran, Kresna mendapatkan respon positif dan apresiasi baik dari warga. Kepala Dukuh Kiyaran, Sihono (53) mengatakan bahwa kegiatan ini dirasa memiliki pengaruh yang cukup baik terhadap perkembangan anak-anak Desa Kiyaran.
“Anak-anak desa jelas ingin berkembang, namun sayangnya sedikit tenaga pengajar maupun kakak-kakak inspiratif yang mau hadir di sini. Alhamdulillah dengan adanya kegiatan Kresna, kekhawatiran kami selama ini terkait pendidikan non-formal anak-anak sedikit demi sedikit hilang. Terutama terkait kemampuan baca Al-Qur’an dan ibadah anak-anak,” kata Sihono.