Komunitas Lindungi Hutan Yogyakarta, Mengajak Warga Peduli Alam

Dari kiri: Luqman Hadi Prasetyo dan Farhani Akhfa Hapsari, perwakilan Lindungi Hutan Yogyakarta saat memberikan keterangan kepada WargaJogja, Jumat (6/9).

oleh: Aulia Sukma Triandina

Penanaman 150 bibit mangrove di pesisir Pantai Baros, Sabtu (17/8), merupakan satu dari sekian banyak program yang digagas oleh Lindungi Hutan Yogyakarta demi membudayakan sikap peduli alam di antara warga.

Program bertajuk Hutan Merdeka tersebut berhasil mengajak 80 relawan untuk terjun langsung menanam mangrove sebagai bentuk kepedulian dalam mencegah abrasi pantai.

Farhani Akhfa Hapsari (20), Koordinator Acara Hutan Merdeka mengungkapkan bahwa Lindungi Hutan chapter Yogyakarta dibentuk untuk konservasi seiring banyaknya masalah yang menimpa hutan-hutan di Indonesia. Namun ini bukan melulu soal hutan, tapi juga semua elemen yang ada di dalamnya.

“Lindungi Hutan melihat ada banyak masalah hutan, mulai dari kebakaran, penebangan ilegal, dan kawasan hutan yang digunakan untuk kepentingan yang tidak semestinya, seperti menjadikannya sebagai lahan pertanian atau perumahan,” kata Akhfa, Jumat (6/9).

Berawal dari keprihatinan terhadap masalah itu, sub-komunitas yang berdiri sejak 11 Januari 2018 tersebut berupaya meningkatkan kepedulian tentang hutan, lingkungan, dan satwa melalui aksi yang melibatkan relawan yang berasal dari masyarakat umum. Selain itu, Lindungi Hutan Yogyakarta juga melakukan edukasi terhadap anak-anak usia Sekolah Dasar untuk menanamkan betapa pentingnya menjaga alam sejak dini.

Selama lebih dari dua tahun berdiri, Lindungi Hutan Yogyakarta telah mewadahi sekira 170 orang relawan yang berasal dari berbagai latar belakang. Ratusan relawan yang telah bergabung dikoordinir oleh beberapa pengurus yang bertugas memberikan informasi seputar kegiatan melalui media sosial.

“Siapa saja boleh masuk, tidak ada open recruitment atau tes khusus. Sampai saat ini, sekitar 70 persen anggota kami adalah mahasiswa, tapi sebenarnya kami juga terbuka untuk umum,” kata Luqman Hadi Prasetyo (20), Penanggung Jawab Lindungi Hutan Yogyakarta.

Relawan-relawan tersebut dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan penanaman serentak yang dilakukan pada momen-momen tertentu, terutama saat hari besar nasional. Pada Hari Kartini (21/4) lalu, Lindungi Hutan Yogyakarta mengajak para relawan untuk bersama-sama menanam pohon bungur, nangka, dan durian sebagai penghijauan di lereng Gunung Merapi dalam program Yogyakarta Rawat Bumi.

Terbaru, ketika peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Sabtu (17/8), Lindungi Hutan Yogyakarta bekerja sama dengan Kemangteer, Kelompok Mahasiswa Studi Lingkungan Mangrove INSTIPER Yogyakarta, dan Himpunan Mahasiswa Geografi Universitas AMIKOM Yogyakarta (HIMGA) melaksanakan program Hutan Merdeka. Program tersebut mengusung agenda inti penanaman bibit mangrove di sepanjang pesisir Pantai Baros, Kabupaten Bantul yang baru saja terdampak badai Cempaka. Menurut Luqman, pemilihan tanaman mangrove juga tidak terlepas dari musim yang sedang berlangsung saat ini.

Salah satu anggota Lindungi Hutan Yogyakarta tengah membersihkan sampah di sekitar area penanaman mangrove di Pantai Baros, Sabtu (17/8). Dokumentasi Arif Rianto, @lindungihutan.jogja.

“Di musim kemarau, tidak semua tanaman bisa bertahan hidup. Tanaman-tanaman biasa butuh air yang cukup, jadi kebanyakan akan mati kalau ditanam pada saat musim kemarau. Nah, salah satu tanaman yang bisa bertahan hidup di musim kemarau adalah mangrove karena hanya bergantung pada pasang surut air laut. Jadi kami putuskan menanam mangrove agar tingkat keberhasilannya lebih besar, sekalian penghijauan karena banyak mangrove yang mati karena badai,” katanya.

Rahmasiwi Tiza Hastari (20) adalah salah satu relawan yang berpartisipasi dalam program Hutan Merdeka. Kendati baru pertama kali menanam mangrove secara langsung, ia mengaku antusias mengikuti rangkaian acara yang berlangsung sejak pukul 09.00 hingga 13.00 WIB itu.

“(Ikut menjadi relawan Hutan Merdeka) karena ingin melakukan sesuatu yang berbeda dan bermanfaat pada Hari Kemerdekaan. Sebagai masyarakat awam, saya jadi lebih tahu tentang lingkungan dan sadar bahwa lingkungan kita sudah tidak sama lagi seperti dulu. Saya terketuk untuk ikut peduli, dimulai dengan langkah-langkah kecil seperti merehabilitasi hutan mangrove ini,” kata mahasiswi Fakultas MIPA UGM tersebut.

Tangkapan layar dari akun Instagram Lindungi Hutan Yogyakarta, @lindungihutan.jogja

Luqman menambahkan, saat ini Lindungi Hutan Yogyakarta tengah merencanakan program selanjutnya, yakni penghijauan kembali di lereng Gunung Merapi. Agenda itu diharapkan dapat menarik minat warga tentang kepedulian terhadap lingkungan secara lebih luas lagi.

“Pada intinya kami ingin mengajak warga agar sadar tentang lingkungan, bahwa hutan di Indonesia itu sedang tidak baik-baik saja dan memang butuh pertolongan. Jika hutan rusak, kita semua yang akan merasakan dampaknya. Mungkin tidak secara langsung, tapi pasti akan terasa,” tandasnya.