Komunitas POJOG, Pangan Organik untuk Kemandirian Warga

Dhana (kanan), pemilik Jogja Organik, bersama salah satu pegawainya berdagang sayur organik di halaman Hotel Amelia. Dhana selalu mengutamakan kesegaran barang dagangannya dengan tidak menjual sayurannya dengan bungkus plastic wrap.
Dhana (kanan), pemilik Jogja Organik, bersama salah satu pegawainya berdagang sayur organik di halaman Hotel Amelia. Dhana selalu mengutamakan kesegaran barang dagangannya dengan tidak menjual sayurannya dengan bungkus plastic wrap.

 

oleh Bunga Addinta 

Tanah pertanian di Kota Yogyakarta bukanlah jenis tanah yang baik dalam menghasilkan bahan pangan. Oleh sebab itu dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, Yogyakarta banyak mendapat pasokan dari luar daerah. Pasar Organik Jogja (POJOG) adalah sebuah komunitas pangan organik yang merupakan wujud kepedulian masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan pangan secara mandiri.

POJOG merupakan komunitas produsen dan pedagang produk pangan lokal dan organik yang telah berdiri sejak Juli 2014. Memiliki visi membuat masyarakat Yogyakarta menjadi masyarakat berdaulat pangan, POJOG menjual produknya dengan prinsip organik, arif, dan lokal. Semua produk yang dijual di POJOG berasal dari bahan-bahan organik dengan tidak menggunakan bahan kimia maupun bahan yang merusak lingkungan.

“POJOG tidak menggunakan sertifikasi apapun untuk membuktikan bahwa produk yang dijual benar-benar organik. Namun para pedagang di POJOG memberikan informasi dan pemahaman tersendiri kepada konsumen secara jujur dan terbuka saat transaksi,” kata Prima Hesta, Ketua POJOG dan pemilik bisnis katering organik Vanesta Catering.

Hingga tahun 2015, komunitas ini memiliki anggota sebanyak 22 orang dengan jumlah pedagang aktif 11 orang. POJOG menjual berbagai macam jenis sayuran organik dan makanan olahan dengan harga di bawah retail modern. Harapannya, produk organik bisa dinikmati oleh konsumen dari berbagai lapisan masyarakat.

“Saya suka beli di POJOG karena murah dan lokasi-lokasinya strategis, jadi akses ke sana mudah,” ucap Nadia Adelia, warga Kota Yogyakarta yang sudah menjadi pelanggan POJOG selama setahun. “Uniknya pasar ini juga tidak menggunakan kantong plastik. Jadi semua aspeknya benar-benar organik,” tambahnya.

POJOG buka tiap Rabu hingga Sabtu. POJOG juga buka tiap Minggu namun hanya pada minggu terakhir setiap bulan. Lokasinya pun berpindah-pindah yakni Milas Vegetarian Restauran di Jalan Prawirotaman 4, selatan Stadion Maguwoharjo, area parkir Hotel Amelia di Jalan Mrican Baru 14 Demangan, hingga Club House Perumahan Casa Grande.

Selain membuka pasar organik, POJOG juga menyebarkan edukasi dengan memberi pelatihan keterampilan bagi yang tertarik menanam sayuran organik. Komunitas ini juga memiliki beberapa petani binaan di daerah Yogyakarta hingga daerah sekitar seperti Magelang dan Kulon Progo.

“Kegiatan seperti POJOG otomatis akan membantu mewujudkan ketahanan pangan keluarga. Jika ketahanan dari setiap keluarga itu kuat maka secara menyeluruh akan membentuk ketahanan pangan daerah dan ketahanan pangan nasional. Hal ini dapat ikut menjadi salah satu faktor penekan inflasi daerah jika ketahanan pangan daerah tersebut dapat terwujud,” kata Marvy Yunita, Kepala Seksi Perencanaan Anggaran Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta saat ditemui di kediamannya pada Jumat (1/4).

Marvy mengatakan bahwa pertanian di Kota Yogyakarta bukanlah pertanian konvensional yang menghasilkan padi atau bahan makanan lainnya. “Pertanian Yogyakarta lebih diarahkan kepada pertanian modern, pertanian untuk tanaman hias, dan pertanian hidroponik ataupun pertanian organik,” katanya.