Museum Sandi: Lebih dari Sekadar Sebuah Museum Persandian

Sandi Cardan Grille (kiri) dan Sandi Skytale (kanan) yang menjadi bagian dari permainan sandi interaktif di Museum Sandi (05/09).

Oleh: Annisa Hudani Nabilla

Berdiri pada 2008, Museum Sandi di utara Raminten Kotabaru, Yogyakarta adalah salah satu dari tiga museum berbasis kriptografi yang ada di dunia, yang menawarkan permainan sandi interaktif dan ruangan edukasi mengenai sandi sebagai daya tariknya.

Museum Sandi memiliki total 134 koleksi yang terdiri atas 83 koleksi asli, 14 koleksi replika, serta 37 koleksi pendukung. Koleksi-koleksi yang dimiliki Museum Sandi ini didapatkan diantaranya melalui hibah dari lembaga pusat di Jakarta dan melalui proyek pengadaan.

Tidak hanya edukasi tentang sandi saja, Museum Sandi juga memiliki keinginan untuk mengedukasi warga mengenai sejarah persandian, utamanya di Indonesia, serta perjuangan para tokoh yang bergerak di bawah Dinas Kode. Museum Sandi juga ingin menumbuhkan nilai-nilai nasionalisme pada masyarakat melalui koleksi-koleksi di setiap ruangan yang ada di museum tersebut.

Memasuki ruangan pertama, Museum Sandi menawarkan permainan sandi interaktif yang ada di museum tersebut, yaitu Sandi Caesar, Sandi Cardan Grille, serta Sandi Skytale. Inilah juga yang menjadi salah satu daya tarik Museum Sandi bagi para pengunjung.

Keseruan yang dialami pengunjung ini dibenarkan oleh salah satu pengunjung, Nadya, “Awalnya saya tidak mengira tempatnya sebagus ini. Teman saya juga bilang nanti kita bisa memecahkan kode, sejauh ini masih seru,” ungkapnya.

Selain permainan sandi interaktif, Museum Sandi juga memiliki ruang edukasi yang di dalamnya tersedia beberapa komputer yang berisi informasi mengenai Museum Sandi & permainan edukasi sandi.

Museum Sandi juga menyediakan wall of expression, sehingga para pengunjung dapat menuliskan kesan serta pesan mereka untuk Museum Sandi.

Seorang pengunjung tengah memperhatikan wall of expression (05/09)

Untuk jumlah pengunjung Museum Sandi sendiri terus meningkat dari tahun ke tahun.

“Ada 1.000 sampai 3.000 dalam satu bulan, paling banyak di bulan Juli saat ulang tahun Museum Sandi. Ada beberapa acara seperti ‘Napak Tilas’, ‘Ngopi di Museum’, dan ‘Wayangan’. Saat itu banyak pengunjungnya, jadi kalau dirata-rata sekitar 1000-3000 orang,” ujar Ima Elisa, salah satu staf museum.

Ima juga mengakui bahwa meski waktu ramai pengunjung tidak menentu serta tidak memiliki acara rutin, namun Museum Sandi berupaya untuk terus meningkatkan jumlah pengunjung.

Salah satu cara yang dilakukan Museum Sandi untuk meningkatkan jumlah pengunjung adalah melalui Duta Museum dari Dinas Kebudayaan Provinsi DIY. Salah satu program dari Duta Museum adalah promosi serta edukasi museum sebagai ambassador agar dapat meningkatkan popularitas museum.

Kegiatan ‘Ngopi di Museum’ yang diselenggarakan atas kerja sama pihak Museum Sandi dan Ngopi di Museum.
Sumber : Instagram Ngopi di Museum. (22/08).

Salah satu kegiatan yang dicanangkan adalah acara ‘Ngopi di Museum’ yang dilaksanakan di bulan Juli lalu. Acara tersebut ternyata merupakan ide dari Duta Museum Sandi dimana Duta Museum Sandi melakukan kerja sama dengan mengundang beberapa kedai kopi untuk datang ke museum sehingga para pengunjung dapat mengunjungi museum sambil menyesap kopi yang disajikan kedai kopi pihak ‘Ngopi di Museum’.

Diskusi management warung kopi merupakan salah satu rangkaian acara ‘Ngopi di Museum’ yang diselenggarakan pihak Museum Sandi dan Ngopi di Museum.
Sumber : Instagram Ngopi di Museum (22/08).

Selain itu, Museum Sandi juga memiliki ruang aula dan ruang komunitas dimana ruang tersebut diperuntukkan bagi para komunitas yang ingin mengadakan pertemuan.

“Jadi kami memberi ruang kepada komunitas, serta tidak memungut biaya apabila mereka ingin mengadakan pertemuan, otomatis mereka juga berkunjung ke museum, nah itu untuk meningkatkan pengunjung,” ungkap Ima. Ima kemudian menambahkan bahwa dengan memberi ruang kepada komunitas, ada banyak komunitas yang mulai meminjam tempat sehingga jumlah pengunjung pun ikut bertambah.

Namun menurut Atikah, salah satu pengunjung, Museum Sandi masih memiliki beberapa kekurangan. “Karena saya suka buku dan film yang berhubungan dengan spionase, saya merasakan keseruan saat berkunjung, namun tempatnya masih kurang pencahayaan serta menurut saya isinya hanya sandi secara umum dan tidak up to date sehingga kita jadi tidak tau dinamika sandi yang sekarang seperti apa.” Check out feeds floor gamers for more information