Pandemi Tak Halangi Gerak BBPB Jogja

Anggota Komunitas
Kegiatan bersih-bersih sampah plastik di Alun Alun Selatan Yogyakarta (12 Juni 2019) Sumber : Foto pribadi Emanuella (Ella) Audrey

Oleh: Dhania Anindyaswari P

Akibat menumpuknya masalah sampah di Yogyakarta, enam mahasiswa Fisipol UGM mendirikan Bye Bye Plastic Bag (BBPB) Jogja pada 2019, dengan kegiatan utama bersih-bersih sampah plastik dan pendataan konsumsi plastik.

Emanuella Audrey (Ella), mahasiswa yang pertama kali mengusulkan pendirian BBPB Jogja kepada lima temannya, mengatakan selama ini, komunitasnya sudah melakukan kegiatan bersih-bersih sebanyak empat kali mulai dari Alun-Alun Selatan hingga kawasan Kranggan dan rumah masing-masing partisipan.

Kegiatan bersih-bersih ini dilakukan sejak Juni 2019 hingga akhir Februari 2021, dengan total 47 orang yang melibatkan para anggota BBPB dan partisipan lainnya. Hingga Maret 2021, BBPB telah memiliki sebanyak 35 anggota aktif, yang sebagian besar merupakan mahasiswa.

Hanif Janitra, salah satu pendiri, merasa bahwa permasalahan sampah di Yogyakarta muncul dari konsumsi berlebih orang-orang di tingkat menengah. “Anggota dan audiens dari BBPB ini kebanyakan warga kelas menengah, jadi menurutku tepat bagi mereka untuk aktif di sini” ungkapnya.

Kegiatan besar mereka lainnya adalah pendataan konsumsi plastik, yang telah sekali dilaksanakan pada 13-19 Januari 2021 dengan melibatkan 39 warga. Ajakan ini dilakukan lewat akun Instagram mereka @byebyeplasticbagsjogja. Bagi yang berminat dapat melakukan pendaftaran lewat Google Form, dengan periode pendaftaran berlangsung pada  5-11 Januari 2021.

ajakan volunteer
Ajakan Kegiatan Pendataan Konsumsi Plastik
Sumber : Instagram @byebyeplasticbagsjogja

Dalam kegiatan ini para partisipan diberikan dua tugas sederhana. Tugasnya  yaitu mengumpulkan sampah plastik pribadi dan melakukan inventarisasi. Dalam melakukan inventarisasi, hal yang harus didata adalah merek-merek penyumbang sampah plastik tersebut.

Menurut Sausani Afafi, koordinator divisi events & activity, kegiatan ini cukup sukses. Hal ini karena kegiatan ini melibatkan 39 partisipan dari berbagai wilayah di Indonesia dan satu dari Singapura.

Para partisipan mengumpulkan plastik dengan total 1.293,  yang mendominasi oleh kemasan plastik makanan dengan jumlah 540 buah, disusul dengan barang rumah tangga 294 buah, dan minuman di posisi ketiga dengan jumlah 258 buah.

Ramadhanty, partisipan dari Magelang, mengatakan “So fun!! Selama ikut kegiatan Brand Audit, aku jadi tahu ternyata bahan plastik punya tipe yang beragam,” katanya.

Dia juga mengungkapkan bahwa kegiatan ini menjadi bentuk refleksi diri bahwa ternyata ia telah menghasilkan cukup banyak sampah plastik dari kegiatan sehari-hari.

Hasil Kegiatan Brand Audit
Sampah plastik yang dikumpulkan salah satu relawan
Sumber: Foto pribadi Emanuella Audrey

BBPB Jogja ini berangkat dari keresahan para  pendirinya terkait permasalahan sampah di TPST Piyungan. Masalah ini berhubungan dengan kondisi TPST yang telah melebihi kapasitas sejak 2014 lalu. Oleh karena itu Ella dan kelima temannya memutuskan untuk mendirikan BBPB Jogja sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap isu lingkungan yang melanda DIY.

Bye Bye Plastic Bag sendiri  awalnya merupakan gerakan warga untuk mengurangi sampah plastik yang dilakukan pertama kali di Bali pada 2013. Gerakan ini mendapat banyak perhatian hingga akhirnya berdiri sebagai satu organisasi nirlaba pada 2018 di bawah Yayasan Bumi Indah. Kini BBPB telah meluas di lebih dari 40 kota di berbagai wilayah di Indonesia dan dunia.

Semangat mereka ini lalu menular ke berbagai daerah, salah satunya adalah Yogyakarta melalui BBPB Jogja. Namun mereka berangkat dari motif yang berbeda. BBPB Jogja dipicu oleh penumpukan sampah di TPST Piyungan. Sedangkan BBPB didirikan karena banyaknya sampah plastik di pantai.

Selain dua kegiatan utama tadi, BBPB Jogja juga melakukan sosialisasi tentang bahaya sampah plastik kepada siswa taman kanak-kanak di Yogyakarta.  Kegiatan ini baru pertama dilakukan di TK Budi Mulia II Pandeansari Condong Catur pada 20 Juni 2019.

Sosialisasi di TK Budi Mulia Dua
Kegiatan sosialisasi di TK Budi Mulia II Pandeansari Condongcatur (20 Juni 2019)
Sumber: Foto pribadi Hanif Janitra

Menurut Hanif, BBPB ini adalah tempat belajar. “Tidak hanya tentang lingkungan tetapi juga tentang bekerja secara profesional,” ungkapnya. Pasalnya selama menjadi pengurus Hanif harus bekerja sama dengan para anggota lain dari lingkungan berbeda sehingga harus menyesuaikan diri supaya tetap dapat mencapai tujuan bersama.

“Semoga dengan adanya BBPB dapat mendorong pemerintah untuk mengubah atau membuat kebijakan terkait pembatasan peredaran plastik di DIY,” tambahnya.