Oleh: Maftukhatun Deritanti
Sekolah Alam adalah program kerja Kementerian Sosial dan Masyarakat BEM KM UGM yang dibentuk pada Oktober 2020 kala pandemi. Sekolah Alam diselenggarakan sebagai kegiatan pengajaran dalam membantu anak-anak selama pembelajaran di rumah.
“Akibat sistem sekolah yang saat ini berubah menjadi daring telah menyulitkan anak-anak dalam mengikuti pembelajaran, ditambah pemberian tugas oleh guru sebagai control quality selama sekolah dari rumah dan orang tua kesulitan memantau anak-anaknya,” tutur Angga Syah Roni (20) selaku Stiring Komite Pelaksanaan Sekolah Alam 2021 saat ditanya alasan dibentuknya program kerja Sekolah Alam (24/02).
Sesuai dengan namanya, Sekolah Alam melaksanakan kegiatan pengajaran di luar ruangan. Sekolah Alam saat ini dilaksanakan di empat dusun mitra di Desa Tamanmartani, yaitu Dusun Keniten, Demangan, Pakem, dan Dalem.
“Sekolah alam ini dilaksanakan di dusun mitra yang memiliki wisata alam, sehingga selain anak-anak bisa belajar dengan nyaman, penyelenggaraan di tempat wisata ini juga sebagai usaha menghidupi pedagang setempat di masa pandemi ini,” jelas Angga.
Adapun tempat wisata yang digunakan yaitu Omah Godhong di Dusun Demangan, Taman Raja Balitung di Dusun Pakem, Kali Opak 7 Bulan di Dusun Dalem, dan Keniten. Pengajaran dilaksanakan setiap hari Sabtu dan Minggu dengan durasi 3 jam, mulai dari jam 09.00-11.30 WIB.
Sekolah Alam telah melakukan kegiatan pengajaran sebanyak tujuh kali dimulai sejak minggu pertama Oktober hingga pertengahan November. Kegiatan pengajaran Sekolah Alam meliputi pembekalan akademis berupa membantu pengerjaan tugas dan pemahaman materi sekolah, pembekalan karakter berupa pemahaman kebersihan, dan memberikan permainan edukatif sebagai booster anak-anak selama pembelajaran.
Kurikulum yang diajarkan mengikuti pembelajaran anak-anak di sekolah. “Kami menyesuaikan anak-anak. Jadi kami bertanya pada mereka sudah belajar apa, sampai mana, dan seperti apa bukunya. Setelah itu kami akan mencari buku di laman Kemendikbud dan mencocokkannya sebagai bahan kurikulum,” jelas Ahmad Bayu Pamungkas Kepala Sekolah (Ketua) Sekolah Alam periode 2021.
Meski baru dibentuk pada Oktober tahun lalu, Sekolah Alam telah memiliki 150 siswa. Sekolah Alam memiliki 60 orang pengurus yang berasal dari mahasiswa berbagai jurusan dan angkatan UGM.
Abay mengungkapkan, “Dari awal pembentukan (Sekolah Alam), pengajar berasal dari anggota BEM KM UGM dan dibantu anggota Gadjah Mada Menginspirasi serta membuka pendaftaran sukarelawan. Pada 2021 ini, dibuka rekrutmen lagi sehingga total pengajar menjadi 60 orang. ”
Kepengurusan dan pengajar Sekolah Alam ini bersifat sukarela. Pendaftaran ke-volunteer-an dilakukan melalui akun instagram @sekolahalam.ugm.
Pendanaan Sekolah Alam berasal dari dana Direktorat Kemahasiswaan UGM. “Untuk pendanaan berasal dari Ditmawa melalui perantara BEM KM. Jadi dari Sekolah Alam membuat RAB dan mengajukan proposal ke Ditmawa lalu dana akan disalurkan ke BEM yang nantinya disalurkan ke SA,” ujar Abay. Dana itu digunakan untuk membeli perlengkapan pendukung, seperti alat tulis, papan tulis, penghapus, spidol, buku tulis, buku bacaan, dan perlengkapan pendukung penyampaian materi (alat peraga).
Dalam menanggapi proses pembelajaran secara tatap muka selama masa pandemi, pengurus Sekolah Alam telah menerapkan sistem buka-tutup. Sistem buka-tutup adalah melakukan evaluasi secara rutin setiap minggunya dengan melakukan pemantauan. Misalnya ketika kondisi masyarakat sekitar terdapat kasus COVID-19 maka pengajaran akan dihentikan sampai daerah kembali normal.
“Selain menerapkan sistem buka-tutup, kami juga melakukan himbauan bagi pengajar dan anak-anak untuk mematuhi protokol kesehatan. Hal ini diperkuat dengan adanya kontrak untuk menjaga satu-sama lain,” ungkap Abay.
Menurut Abay berdasarkan penuturan masyarakat dusun mitra, Sekolah Alam sangat diharapkan kehadirannya.
“Kehadiran Sekolah Alam sangat membantu orang tua dan putra-putrinya dalam belajar dirumah secara daring, sehingga tugas-tugas yang disampaikan bapak ibu guru di sekolah yang dianggap sulit bisa terselesaikan,” jelas Haryadi (53), Ketua Umum Wisata Kali Opak 7 Bulan (12/03).
Selain itu, Heri Setiawan selaku Sekretaris Taman Raja Balitung (TRB) juga menuturkan, “Adanya Sekolah Alam yang rutin terselenggara setiap minggu, dapat menghidupkan lagi wisata di TRB selama musim pandemi yang loyo karena adanya lockdown akibat Kalasan masuk zona merah,” (11/03).
Melihat banyaknya potensi diselenggarakannya Sekolah Alam, masyarakat juga berharap agar Sekolah Alam memperluas jangkauan pengajaran mereka.
“Rencana kami saat ini yaitu menambah dua dusun mitra di Desa Taman Martani dan satu dusun lagi di Magelang. Sehingga kedepannya total dusun mitra ada tujuh,” pungkas Abay.