Teater Bocah Jogja: Membangkitkan Kreativitas Anak Lewat Teater

 

Oleh: Balya Galuh Jiehan Safira Rahma

Semangat berteater tidak hanya ditunjukkan oleh remaja dan dewasa, melainkan juga datang dari anak-anak. Teater Bocah Jogja (TBJ) hadir untuk menampung anak-anak yang ingin mencoba bermain teater.

TBJ merupakan komunitas yang didirikan secara “gotong royong” oleh ibu-ibu pada 14 April 2017 yang ingin menjadikan anaknya seniman cilik. Niatan baik mereka didukung oleh Dewan Teater Yogyakarta (DTY).

Bisa dikatakan TBJ merupakan teater junior dari DTY. Hal ini membuat TBJ dan DTY saling bahu membahu dalam penyelenggaraan pementasan.

Meski belum genap satu tahun, TBJ sudah memiliki 50 anggota. Mulai dari anak usia PAUD (2-6 tahun)  hingga sekolah dasar kelas 6. Namun ada satu atau dua orang yang sudah menginjak sekolah menengah pertama tingkat 1 dan 2.

Seperti komunitas teater lainnya, TBJ juga berlatih rutin setiap Minggu sore pukul 3 di Taman Budaya Yogyakarta (TBY). “Kami mencari lahan kosong di area TBY untuk berlatih. Ini dilakukan agar anak-anak tidak hanya mengenal salah satu sudut TBY saja namun keseluruhan sudut di TBY,” ujar Warto, Ketua TBJ, saat ditemui Minggu (1/4) di TBY.

Suasana latihan rutin Teater Bocah Jogja yang berlangsung di Taman Budaya Yogyakarta (26/3)

TBJ menerima siapa saja selagi masih “bocah” untuk bergabung dengan mereka. Menurut Warto, asalkan anak-anak tersebut memliki niat dan keinginan yang kuat serta didukung oleh orang tua, mereka dipersilakan datang dan bergabung dengan TBJ.

TBJ tidak memungut biaya sepeser pun bagi mereka yang ingin belajar berteater. Ini dikarenakan TBJ hadir bukan untuk mencari uang, namun untuk mengajari anak-anak cara memahami kehidupan dan persoalannya.

Hal tersebut didukung dengan pementasan TBJ yang selalu mengangkat tema seputar permasalahan anak-anak. Pada 22 September 2017 lalu, mereka mementaskan lakon “Lampor” yang bercerita tentang bagaimana anak-anak diculik oleh sosok “hantu” yang sebenarnya merupakan sebuah lembaga yang ingin memperalat anak dengan mengirim mereka ke kota untuk dijadikan pengemis atau pengamen.

Keseruan saat pementasan “Lampor” oleh Teater Bocah Jogja (22/09/2017)

Pementasan berikutnya yang akan diadakan pada 6 Juli 2018, mengangkat tema anak-anak yang tergusur di Yogyakarta. Mereka akan bercerita bagaimana anak-anak kehilangan tempat bermain akibat pembangunan di lahan-lahan kosong.

Untuk persiapan pentas, kira-kira mereka butuh waktu 3-4 bulan. Latihan rutin sekali seminggu akan berubah menjadi setiap hari jika sudah mendekati hari H pementasan.

Untuk perihal dana pementasan, TBJ dibantu oleh orang tua masing-masing anggota secara sukarela. Tidak hanya itu, mereka juga  dibantu oleh DTY.

Dina, panggilan akrab dari pelatih TBJ, mengatakan bahwa untuk melatih anak-anak haruslah sabar dan berusaha memahami karakter setiap anak. “Saya selalu ingatkan kepada mereka bahwa ada kalanya kita bisa bercanda, ada kalanya kita harus serius, karena keseriusan kita untuk mencapai target yang kita inginkan,” ungkap Dina

Warto selaku ketua dan Dina selaku pelatih memiliki harapan agar anak-anak yang bergabung dengan TBJ dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kreativitas mereka serta lebih memahami cara menjalani hidup yang baik. “Saya berharap mereka menjadi paham hidup yang baik itu seperti apa, menjadi anak yang baik itu seperti apa, menjadi seorang ibu yang baik itu seperti apa, dan menjadi manusia yang baik itu seperti apa,” ujar  Warto