Bersama Rapel Mengatasi Masalah Sampah

 

Joko Sulistiyono (30) sedang menimbang sampah milik user di lingkungan Fisipol UGM (24/2)

Oleh: Renatta Karuna Dharani

Sekti dan beberapa teman lainnya menyediakan layanan penjemputan sampah bernama Rapel. Sejak peluncuran perdana pada 28 April 2019, Rapel telah melayani masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kini Rapel merintis perluasan layanan ke Kota Solo. 

“Mimpi kami ialah kelak menjadi Waste Management Company yang sustainable di Indonesia,” kata Sekti Mulatsih pendiri Rapel. Sekti dan teman-teman resah dengan kondisi pengelolaan sampah Indonesia yang belum ditangani secara maksimal. Kebetulan salah satu pendiri Rapel berlatar pendidikan teknologi informasi. Karenanya, Sekti dan teman-teman membuat aplikasi digital untuk mengatasi masalah itu.

Adanya aplikasi ini nyatanya cukup membantu para kolektor sampah mitra Rapel yang kini masih berjumlah 25 orang. Para kolektor yang tersebar di berbagai titik di DIY itu mendapat pesanan pengambilan barang rongsokan atau sampah melalui aplikasi yang sudah diunduh 5000 kali.  “Dengan adanya Rapel ini pekerjaan saya jadi lebih mudah, jika dahulu harus berkeliling sambil berteriak sekarang tinggal mengambil saja,tutur Joko Sulistiyono mitra Rapel.

Menurut pemuda 30 tahun ini, Rapel juga membantu mengontrol harga yang tidak stabil di pasaran. Di aplikasinya, harga yang tertera sudah merupakan harga rata-rata sehingga kolektor sampah tidak perlu khawatir. Dengan Rapel, Joko dapat menghasilkan Rp100.000,00 per harinya.

Kehadiran Rapel melalui sebuah event yang dijalaninya membuat dirinya sadar akan pentingnya mengelola sampah. Maria Aleisadya Bentya (21) mengatakan bahwa sebelum mengetahui tentang Rapel, dirinya belum melakukan pengolahan sampah. “Aku juga baru tahu kalau jenis plastik itu banyak sekali, plastik mika untuk makan itu berbeda dengan gelas untuk minum” kata Bentya. Menurutnya, Rapel mempermudah pengolahan sampah, cukup dengan posting saja. Pelayanan yang diberikan oleh kolektor sampahnya juga cukup ramah.

Daftar jenis sampah dan kisaran harga jualnya dapat dilihat pada Katalog Sampah

Rapel menerima berbagai jenis sampah, mulai dari kertas, plastik, logam, botol beling (utuh), hingga elektronik bekas. Jenis-jenis ini kemudian dibedakan kembali berdasarkan bahan dan warnanya. Misalnya plastik dibedakan atas kode yang tertera (HDPE, PET, dsb) dan botol beling (utuh) dibedakan atas warnanya (bening atau berwarna). Sedangkan barang elektronik bekas yang dapat dijual melalui Rapel meliputi televisi, mesin cuci, aki, dan perangkat komputer. Selain pada kategori-kategori tersebut, pengguna juga dapat menjual minyak jelantahnya pada Rapel. Kisaran harga penjualan sampah dan informasi lebih lanjut dapat dilihat di Katalog Sampah.

Sampah yang telah dikumpulkan akan diteruskan oleh kolektor. Bagi mitra kolektor yang memang berprofesi sebagai pengepul barang bekas biasanya akan menjualnya kembali pada penjual barang bekas. Namun, bagi mitra Rapel yang berasal dari kaum awam dapat menyalurkan sampah tersebut ke gudang penyimpanan Rapel. Khusus untuk sampah karton bekas minum (tetrapack), Rapel bekerja sama dengan produsennya untuk mendaur ulang kemasan tersebut menjadi genting rumah. Dalam waktu dekat, pengguna akan dapat menyetor kantong plastik.

Selain itu, Rapel juga akan bekerja sama dengan perusahaan ekonomi nontunai untuk membuat transaksi menjadi lebih praktis. Sistem poin pada aplikasi juga diharapkan dapat ditukarkan dengan voucher diskon melalui kerja sama dengan tenant-tenant tertentu.

Hingga saat ini, pengguna aktif Rapel telah mencapai 700-800 akun. Pengguna ini didominasi oleh kalangan mahasiswa di kawasan Depok. Bagi Rapel, mahasiswa ialah agen perubahan yang mampu mendukung Rapel menuju mimpi besarnya. Sebab, dari mahasiswa inilah kemudian  masyarakat jadi mengenal dan peduli pada permasalahan sampah.