Kebersihan Jalan Malioboro Pasca Revitalisasi

Jalan Malioboro merupakan tempat terkenal di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengunjung datang dari berbagai penjuru untuk menikmati suasana jalan (22/4).

Oleh: Geolana Wijaya Kusumah

Berdasarkan penilaian dari pengunjung, warga lokal, dan pedagang, Jalan Malioboro pasca revitalisasi terlihat cukup bersih. Kebersihan Jalan Malioboro merupakan tanggung jawab bersama. Pemerintah, pengunjung, pedagang, dan warga lokal harus bersama-sama menjaga kebersihan Jalan Malioboro, terutama setelah direvitalisasi (7/5).

Revitalisasi Jalan Malioboro dilakukan dengan dua tahap. “Tahap pertama dilakukan pada September 2015 dan tahap kedua dilakukan pada Maret 2017. Revitalisasi tahap pertama meliputi pemasangan lantai teraso yang dilengkapi jalur untuk difabel. Kemudian menyediakan fasilitas tambahan seperti penambahan tempat sampah, kursi, keran air siap minum, dan tanaman-tanaman. Selanjutnya revitalisasi tahap dua meliputi pembangunan toilet bawah tanah di Titik Nol Kilometer Yogyakarta, penataan Pasar Beringharjo, penambahan kantong parkir di Pasar Sore, Ramai Mall, dan Jalan Beskalan; penambahan lagi kursi, tempat sampah, keran air siap minum, dan vegetasi,” kata Eri Purnomo, Pimpinan Proyek Revitalisasi Kawasan Jalan Malioboro (7/5).

Pemerintah sudah berupaya untuk menjaga kebersihan dengan cara merevitalisasi Jalan Malioboro dan menambahkan sekitar 100 lebih tempat sampah. Selain itu, pemerintah mencetuskan kegiatan Selasa Wage-nan, yaitu membebaskan Jalan Malioboro dari Pedagang Kaki Lima (PKL) dan pemerintah, pedagang serta warga lokal bersama-sama membersihkan jalan. Pada Selasa Wage-nan, tidak ada pedagang yang boleh berjualan di sepanjang jalan, tetapi pengunjung tetap dapat menikmati wisata ke Jalan Malioboro. Bahkan, pengunjung dapat ikut serta membantu untuk merasakan pengalaman Selasa Wage-nan.

Dampak revitalisasi sudah dirasakan oleh berbagai pihak di Jalan Malioboro mulai dari pengunjung, warga lokal, dan pedagang terutama dari segi kebersihan jalan. Beberapa pendapat dari ketiga pihak menjelaskan bahwa kondisi Jalan Malioboro lebih nyaman dari sebelumnya. Penambahan tempat sampah memicu perilaku baik untuk membuang sampah pada tempatnya.

“Dulu pedagang di Jalan Malioboro suka membuang sampah sembarangan, tetapi sikap dan perilaku tersebut sedikit demi sedikit hilang. Pedagang saling menyadarkan akan kebersihan tempat dagang mereka. Lapak yang bersih tentu akan mendatangkan pengunjung. Ditambah lagi kami harus membersihkan jalan tiap Selasa Wage,” kata Saryono, pedagang kaki lima di Jalan Malioboro (22/4).

Menurut perspektif dari pengunjung, Jalan Malioboro dinilai cukup bersih. Akan tetapi, masih terdapat beberapa sampah yang berserakan di jalan. Beberapa pengunjung berpendapat bahwa faktor yang memengaruhi kebersihan jalan adalah mereka sendiri.

Padatnya pengunjung yang datang menjadi faktor utama yang menentukan kebersihan Jalan Malioboro. Sumadi, warga lokal Jalan Malioboro menjelaskan bahwa pengunjung terkadang membuang sampah sembarangan padahal sudah banyak tersedia tempat sampah. “Malioboro sudah bersih, tetapi masih ada kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan yang harus dihilangkan oleh semua pengunjung. Tempat sampah tersedia di sepanjang jalan. Hanya perlu membiasakan diri untuk membuangnya dan sadar akan kebersihan lingkungan,” kata Sumadi (22/4).

Sampah yang ditemukan di jalan biasanya adalah jajanan pengunjung dan kantong plastik. Tempat menampung jajan-jajan seperti makanan dan minuman menjadi penyumbang sampah pertama diikuti oleh kantong plastik dan puntung rokok menurut hasil wawancara pengunjung, warga lokal, dan pedagang.

Banyaknya pengunjung yang datang ke Jalan Malioboro dapat memengaruhi kebersihan jalan (22/4).

“Saya lihat pengunjung lain tidak ingin repot membuang sampah ke tong sampah sehingga langsung membuangnya di tepi atau sudut jalan. Mungkin malas untuk jalan sedikit ke tempat sampah. Sayang, padahal sudah ada di mana-mana,” kata Irham Mukhlis, pengunjung asal Magelang (22/4).

Aurora Dinar, pengunjung asal Bogor mengatakan bahwa tumpukan sampah terkadang dikira pengunjung sebagai tempat sampah, padahal bukan sama sekali.