Komunitas ECOnnect Berdayakan Sekolah Sayang Sampah

Kreativitas siswa SD Taman Siswa Jetis dalam pemanfaatan botol bekas sekali pakai bersama komunitas ECOnnect. (4/ 11).

Oleh: Tri Yuliyanti

Sekolah Sayang Sampah adalah sebuah program kerja dari komunitas ECOnnect yang bekerja sama dengan satu Sekolah Dasar di Yogyakarta, yakni SD Taman Siswa Jetis. Program Sekolah Sayang Sampah yang sudah berlangsung sejak 2 Januari 2019 memberikan banyak hal yang menguntungkan untuk seluruh siswa, guru, bahkan pihak kantin SD Taman Siswa.

Program Sekolah Sayang Sampah oleh komunitas ECOnnect yang dirintis sejak 2 Januari 2019 di SD Taman Siswa, Jetis membawa dampak positif yang signifikan bagi seluruh lapisan siswa, guru, bahkan pihak kantin.

Desi Riyanti, salah satu penjual di kantin SD Taman Siswa Jetis mengatakan bahwa ada keuntungan yang ia dapat setelah program Sekolah Sayang Sampah dari komunitas ECOnnect diberdayakan di SD Taman Siswa.

“Biasanya saya harus belanja plastik sehari sekali buat jualan, sekarang dengan diberlakukannya aturan untuk mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai jadi hemat. Karena saya belanja plastik seminggu paling hanya 2 kali saja. Itu sudah paling banyak,” kata Desi (39).

Para siswa SD Taman Siswa yang sedang menikmati makanan kantin dengan menggunakan mangkok dan gelas sebagai pengganti plastik sekali pakai. (4/11).

Grafika Nuansa Oktaviano (12), salah satu siswa SD Taman Siswa, Jetis, juga sangat mendukung program Sekolah Sayang Sampah ini.

“Aku lebih senang makan pakai mangkok dan minum pakai gelas di sekolah, karena mengurangi sampah plastik. Mangkok dan gelas itu dapat dipakai lagi sehabis dicuci, sedangkan plastik setelah digunakan harus dibuang dan menyebabkan banyak sampah,” katanya.

Komunitas ECOnnect yang berdiri pada 14 Oktober 2019, merupakan sebuah komunitas non- profit yang memiliki dana komunitas berasal dari iuran setiap anggotanya dan bergerak atau peduli terhadap lingkungan. ECOnnect memiliki tujuan bergerak bersama masyarakat sehingga setiap individu di Indonesia dapat memanfaatkan perannya untuk Indonesia yang lestari.

Ilma Fistannisa Zette dan Citra Siagian, dua pendiri komunitas ECOnnect, merupakan mahasiswa yang sama- sama bergerak di bidang lingkungan. Latar belakang Ilma sebagai mahasiswa Biologi dan Citra sebagai mahasiswa Kehutanan membuat mereka berdua semakin yakin untuk berkolaborasi menciptakan komunitas pecinta lingkungan.

“Pembentukan komunitas ini memang secara umum berangkat dari keprihatinanku dan Citra yang juga founder ECOnnect terhadap kondisi lingkungan yang sekarang. Kurangnya pemahaman dan keterlibatan masyarakat terkait isu lingkungan dalam kehidupan sehari- hari membuat aku yang berlatar belakang pendidikan biologi dan Citra yang berlatar belakang pendidikan Kehutanan ingin mulai mengaplikasikan ilmu dan teori yang kita tahu,” kata Ilma Fistannisa.

Program Sekolah Sayang Sampah yang dilakukan di SD Taman Siswa Jetis pada 11 Januari 2019 dengan agenda pengenalan jenis- jenis sampah dan proses pengangkutan sampah. Sumber: Instagram ECOnnect. (16/1).

Komunitas ECOnnect bergerak dalam 3 misi utama, yakni education, connection, dan action. Dalam mewujudkan misi- misi tersebut, ECOnnect memiliki beberapa program kerja.

“Program kerja ECOnnect atau biasa kami sebut dengan pengabdian ada 2, yaitu Science on Screen dan Sekolah Sayang Sampah. Science on Screen kami lakukan 1-2 bulan sekali, bergantung pada antusias dan kesibukan teman-teman. Science on Screen ini bentuknya adalah pemutaran film dengan mendatangkan pembicara yang sesuai dengan tema film yang diputar. Sekolah Sayang Sampah sudah 7 kali dilakukan di SD Taman Siswa Jetis dengan target kelas 4, 5 dan 6,” kata Fino selaku Kepala Divisi Innovation and Development Komunitas ECOnnect.

Program Sekolah Sayang Sampah yang diinisiasi oleh komunitas ECOnnect memang bertujuan sebagai upaya untuk mempersiapkan generasi muda yang peduli terhadap lingkungannya. Fokus dalam program tersebut adalah penanaman kesadaran dan pembiasaan pengelolaan sampah yang baik di sekolah dan didukung kerja sama dengan bank sampah yang dikelola masyarakat.

Kelanjutan dari Program Sekolah Sayang Sampah yang memiliki agenda pembuatan pot dengan memanfaatkan sampah botol plastik sekali pakai. Sumber: Instagram ECOnnect. (21/10).

“Tidak banyak pertimbangan untuk menerima tawaran program Sekolah Sayang Sampah dari ECOnnect ini. Programnya menurut kami bagus untuk edukasi anak- anak dan juga akan berdampak baik pada lingkungan,” kata Ammah Shofiyati, salah satu guru SD Taman Siswa sekaligus penanggung jawab kegiatan.

Menurut Ammah, banyak perubahan sikap dan perilaku yang terjadi pada para siswa SD Taman Siswa, Jetis, antara lain jauh lebih tertib dalam membuang sampah. “Mereka sudah jauh peduli terhadap kebersihan sekitar dan dirinya sendiri. Tidak hanya itu, penggunaan plastik juga menurun. Beberapa anak- anak sudah tidak minta sedotan lagi untuk minum di kantin, bahkan sudah banyak anak yang mandiri membawa botol minum sendiri,” kata Ammah Shofiyati.

Ammah Shofiyati, selaku penanggung jawab kegiatan dan guru di SD Taman Siswa, Jetis sangat senang dengan kehadiran komunitas ECOnnect yang mau menjadikan SD Taman Siswa sebagai sasaran kegiatan Sekolah Sayang Sampah. Ammah juga memiliki harapan untuk komunitas ECOnnect.

“Semoga ECOnnect dapat terus lanjut menjalankan programnya di SD ini, karena pemberian edukasi terhadap anak memang harus telaten dan berkelanjutan. Mari kita terus bekerja sama dan berinovasi demi terciptanya kepedulian anak terhadap sampah yang lebih baik lagi,” kata Ammah Shofiyati.