Oleh: Reza Duratin Nasira
Popularitas Pantai Baros di Bantul sebagai tempat wisata ikut mengancam keberadaannya sebagai kawasan konservasi mangrove. Untuk menjaganya, Mahasiswa Kulit Peduli Alam (Makupella) bersama warga Baros menanam 50 bibit mangrove (10/5).
Ini merupakan kegiatan kedua penanaman mangroveyang dilakukan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Kulit Peduli Alam (Makupela) Politeknik Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta. Berbeda dengan kegiatan penanaman mangrove tahun lalu, kali ini akan dilakukan pemantauan akan kondisi mangrove yang sudah ditanam setiap bulannya.
Mangrove adalah sebutan untuk semua jenis tumbuhan pesisir di daerah pasang-surut, yang sifatnya toleran terhadap garam. Sementara itu, bakau adalah sebutan untuk salah satu jenis mangrove yang tumbuh di Indonesia, yaitu jenis Rhizophora.
Muara sungai opak Pantai Baros memiliki konservasi mangrove seluas 8 Ha dimana telah terdapat kawasan untuk pencadangan. Surat keputusan (SK) Bupati Bantul No, 284 tahun 2014., telah mencadangkan kawasan konservasi Taman Pesisir di Kabupaten Bantul seluas 132 Ha yang terbagi menjadi tiga zona yaitu zona inti seluas 10 Ha, zona pemanfaatan terbatas seluas 28 Ha, dan zona pemanfaatan lainnya seluas 94 Ha.
Kondisi hutan mangrove di Indonesia kritis. Indonesia memiliki lahan mangrove seluas 3,48 juta hektar, tapi 1,8 juta hektar di antaranya rusak. Pada akhir 2017, terjadi banjirdi Kabupaten Bantul yang menyebabkan setidaknya 10 hektar tanah di kawasan pesisir mengalami abrasi terkikis, serta menghanyutkan ribuan bakau yang terdapat di pantai Baros.
Untuk melaksanakan kegiatan menanam mangrove Pantai Baros dipilih sebagai tempat yang tepat karena Pantai Baros merupakan kawasan hutan Mangrove sejak 2013. Alasan lain dipilih adalah karena saat ini Pantai Baros tak hanya menjadi kawasan hutan mangrove namun juga kawasan wisata, lambat laun penduduk yang tinggal di dusun Baros semakin bertambah, hal ini memberikan dampak negatif pada petumbuhan mangrove seperti sampah-sampah yang berada di kawasan hutan mangrove.
Oleh karena itu, rehabilitasi lahan dibutuhkan agar ekosistem mangrove di Pantai Baros bisa kembali berfungsi dengan baik. Melalui kegiatan yang diadakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Kulit Peduli Alam (Makupela) Politeknik Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta, mengajak semua individu untuk peduli dengan alam, dengan ikut berkontribusi.
Kegiatan menanam mangrove ini mengangkat tema “Save Earth for Our Future” dan dilaksanakan pada Kamis, 10 Mei 2018 di Kawasan Hutan Mangrove Muara Sungai Opak di Dusun Baros, Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul.
Rehabilitasi dengan penanaman pohon mangrove merupakan bagian program dari Mahasiswa Kulit Peduli Alam yang masuk dalam rangkaian kegiatan peduli alam dalam memperingati hari-hari tertentu.
Kegiatan menanam mangrove dilaksanakan untuk memperingati hari Bumi yang jatuh pada 22 April. Sebelumnya telah dilakukan kegiatan bersih-bersih pantai di Pantai Parangtritis utnuk memperingati hari sampah, serta mengadakan gelar wicara dengan topik “Memanen air hujan sebagai alternatif air bersih untuk memperingati hari air sedunia.”
Selain memperingati hari bumi, kegiatan ini dilakukan untuk memberikan edukasi kepada semua orang akan pentingnya peduli pada alam, serta semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan tindakan menyelamatkan bumi.
Kegiatan menanam mangrove ini merupakan kali kedua, namun pada tahun pertama banyak terdapat pohon mangrove yang tidak tumbuh sesuai dengan harapan akibat minimnya monitoring dari Makupella. Sehingga tahun ini, kegiatan menanam pohon mangrove tidak selesai sampai pada kegiatan menanam mangrove saja.
Bachtiar Riza Fahma, sebagai ketua Makupella memiliki keinginan untuk melakukan motioring pohon-pohon mangrove yang sudah ditanam setiap bulannya.
“Pada awalnya pohon mangrove ditanam di air, apabila nanti sudah tumbuh maka akan diarahkan lagi. Untuk tahun ini rencananya tiap satu bulan sekali kami akan melakukan monitoring secara intensif.Musuh utama bagi mangrove adalah sampah, mengingat tempat menanam mangrove adalah hilir maka sampah merupakan masalah yang tak dapat dihindari,” kata Bachtiar.
Kegiatan menanam mangrove oleh Makupella juga bekerja sama dengan Keluarga Pemuda-Pemudi Pantai Baros (KPPB). Wawan selaku perwakilan dari KPPB memberikan arahan terkait cara menanam mangrove yang benar, dan memberikan edukasi terkait jenis-jenis mangrove, hingga fase-fase pertumbuhan mangrove.
Dengan bantuan oleh KPPB, lebih dari 50 bibit mangrove berhasil ditanam di sekitar pantai Baros.
“Penanaman bibit mangrove ini sangat membantu perkembangan konservasi di pantai Baros. Kegiatan kepedulian alam semacam ini patut untuk diapresiasi dan terus dilaksanakan,” kata Wawan.
Kegiatan ini diikuti oleh 50 orang termasuk anggota Makupella dan peserta. Peserta sebagian besar merupakan mahasiswa. Beberapa peserta masih merasa baru akan kegiatan ini.
Rahayu Ningsih, salah satu peserta kegaitan, mengatakan bahwa kesempatan untuk menanam bakau seperti ini mungkin tak datang dua kali.
“Saya selalu ingin melakukan sesuatu untuk menyelamatkan bumi. Namun, baru kali ini saya merasa benar-benar menjadi bagian (kegiatan menyelamatkan bumi). Sejujurnya saya baru pertama kali ini mendengar ada kegiatan menanam pohon mangrove, jadi saya begitu bersemangat untuk mengikuti kegiatan ini,” kata Rahayu.
Bachtiar mengatakan tujuan sebenarnya dari melakukan kegiatan ini adalah untuk saling membangun kepedulian akan alam.
“Kami ingin ilmu yang kita miliki bisa diterima oleh orang lain, sekalipun tidak tergabung dalam kegiatan seperti mapala, seperti kegiatan menanam mangrove ini. Kami ingin menjadi pihak yang mengajak orang-orang untuk ikut berpartisipasi dan tahu pentingnya mangrove tak hanya bagi laut, tapi juga bagi air dan bumi,” kata Bachtiar.