Palu Besi Proyek Apartemen Uttara Timpa Rumah Warga

Mural peringatan Hari Air Sedunia oleh PWKTAU sekaligus sebagai protes pembangunan apartemen Uttara The Icon yang mencemari lingkungan, mural dibuat 22 Maret 2015.
Mural peringatan Hari Air Sedunia oleh PWKTAU sekaligus sebagai protes pembangunan apartemen Uttara The Icon yang mencemari lingkungan, mural dibuat 22 Maret 2015.

oleh Val

Kepala palu godam dari proyek pembangunan Apartemen Uttara The Icon menimpa atap rumah warga yang tinggal di sebelah baratnya pada Rabu (25/3) siang. Kepala palu itu terjatuh saat karyawan proyek mengoperasikan crane tower tepat di atas rumah Rita Dharani. Kejadian ini menyebabkan atap rumah Rani berlubang sekitar 30 cm, dan kembali menyulut kemarahan warga Karangwuni yang sejak awal menentang pembangunan apartemen.

Kepala palu berukuran sekitar 10 cm itu jatuh dari para pekerja yang sedang beraktivitas di crane tower proyek Apartemen Uttara di Jalan Kaliurang Km. 5,3. Crane tower menjulur panjang hingga ke atas rumah Rani dan pekarangannya. Di samping lokasi jatuhnya kepala palu, ada orang yang sedang bekerja di dalam rumah Rani.

Peristiwa ini membuat warga Karangwuni, Caturtunggal, Sleman semakin resah dengan pembangunan proyek apartemen Uttara The Icon. Wilayah Caturtunggal terkenal dengan bangunan kos-kosan yang ekonomis bagi mahasiswa, tapi kini lokasi tersebut sedang dibangun apartemen mewah 19 lantai. Sejak awal dibangun, proyek ini sudah menuai protes karena izin proyek ini belum jelas dan tidak ada persetujuan dari warga sekitar. Sejak 2013 warga telah melakukan demonstrasi, mediasi dengan berbagai pihak, hingga aksi protes melalui karya seni.

Aksi protes yang dilakukan warga Karangwuni dilatarbelakangi oleh rasa khawatir terhadap keseimbangan lingkungan hidup dan keamanan lingkungan. Warga menganggap manajemen proyek Uttara The Icon terlalu menyepelekan AMDAL dan tidak memerhatikan kompleksitas dampak lingkungan yang terjadi di lingkungan tersebut. “Saat ini, jika hujan deras selama 15 menit saja,  sudah banjir, padahal jalanan di belakang apartemen banyak yang belum diaspal. Jadi licin dan bahaya”, kata Ines, mahasiswi yang tinggal di kos sebelah barat lokasi proyek.  Suara bising pembangunan setiap hari dari pagi hingga malam juga mengganggu aktivitas warga, terutama anak-anak yang sedang belajar.

Pembangunan apartemen Uttara tahap awal dibantu dengan crane tower.
Pembangunan apartemen Uttara tahap awal dibantu dengan crane tower di Jalan Kaliurang Km 5,3.

Warga selama ini sudah khawatir bahwa keberadaan alat-alat berat proyek itu mengancam keselamatan warga, mengingat lokasi apartemen sangat berhimpitan dengan rumah warga. Hingga akhirnya kekhawatiran ini berujung pada peristiwa jatuhnya kepala palu godam.

Rani adalah salah satu aktivis Paguyuban Warga Karangwuni Tolak Apartemen Uttara (PWKTAU), yang beberapa waktu lalu menjadi koordinator aksi demonstrasi dan menjadi juru bicara di hadapan wartawan. Peristiwa yang menimpa Rani pun menjadi topik perbincangan di tengah warga dan diunggah pula di akun twitter @wargaberdaya. “Palu jatuh memang sepele, tetapi kerugian imaterial dan keselamatan hidup terancam setiap saat bila proyek apartemen tidak segera dihentikan.” kata Rani. Ia memang tidak terlalu ambil pusing mengenai kerugian akibat palu jatuh itu, tapi ia khawatir sesuatu yang lebih gawat bisa saja terjadi selanjutnya.

Baik Rani maupun pihak PWKTAU sudah melaporkan kejadian ini ke PT. Bukit Alam Permata selaku pengembang apartemen dan melapor ke Polda DIY pada 25 Maret 2015. Namun sampai sekarang belum ada tindak lanjut dari pihak kepolisian. Sriyono, seorang karyawan proyek apartemen Uttara, tidak mampu berkomentar banyak mengenai peristiwa itu. Ia hanya mengungkapkan akan lebih berhati-hati dalam mengerjakan proyek.

Rita Dharani (baju hijau) menjadi koordinator aksi demonstrasi penolakan apartemen Uttara (29/4/14). (dokumen PWKTAU)
Rita Dharani (baju hijau) menjadi koordinator aksi demonstrasi penolakan apartemen Uttara (29/4/14). (dokumen PWKTAU)

Sikap pengembang sulit diterima oleh Dion, warga dan juga aktivis PWKTAU. “Bayangkan saja, kalau crane tower dengan ketinggian sekian melintas di atas rumahsampeyan tanpa permisi, gimana perasaan sampeyan. Kini ada kejadian palu jatuh, ya semakin jengkel,” katanya. Dion berharap kejadian ini dapat menjadi satu lagi bukti bermasalahnya pembangunan apartemen Uttara sehingga mampu meyakinkan pemerintah atau DPRD atau siapa pun untuk segera menghentikan pembangunan apartemen mewah itu.