Sungai Pusur: Dulu Dipenuhi Sampah, Kini Membawa Berkah

 

Destinasi wisata River Tubing Watu Kapu menjadikan Sungai Pusur kembali bersih dan menghidupkan ekonomi desa (Sumber: Syaifu Nurul Aminuddin).

Oleh: Lanny Rahma Kusumawati

Sungai Pusur yang berada di Kabupaten Klaten ini pada awalnya menjadi sasaran tempat pembuangan sampah oleh warga yang tak bertanggung jawab. Akan tetapi, sadar akan potensi aliran sungainya, warga setempat dan para pemuda yang tergabung dalam Komunitas Watu Kapu berinisiatif untuk membersihkan sampah dan menyulapnya menjadi destinasi wisata River Tubing Watu Kapu. 

Hal tersebut diungkapkan oleh ketua Komunitas Watu Kapu, Syaifu Nurul Aminuddin (45).  “Awalnya dari melihat kondisi sungai-sungai yang ada di sekitar sini kok pada bisa mendatangkan wisatawan, akhirnya saya pikir Sungai Pusur ini sebenarnya juga ada potensi untuk itu,” katanya.

Syaifu (45) menambahkan bahwa sebelum ia dan Komunitas Watu Kapu berinisiatif memanfaatkan Sungai Pusur menjadi destinasi wisata, dulu banyak warga yang membuang sampah sembarangan di sungai ini.

Pengelolaan destinasi wisata ini awalnya hanya dilakukan oleh beberapa warga. Namun, setelah melihat potensi dari wisata Watu Kapu ini akhirnya seluruh warga sekitar ikut mengelola tempat wisata tersebut. Warga bergotong royong membersihkan sampah selama tiga bulan pada tahun 2016 silam dan mengumpulkan iuran mandiri untuk modal pengembangan wisata sebesar 20 juta.

“Saat itu selama tiga bulan itu setiap tiga hari seminggu kami membersihkan sungai dan menata batu-batuan agar bisa dilewati ban,” kata Syaifu.

“Modal kita dulu cuma 20 juta dari iuran warga sini,” kata Syaifu.

Sejak diresmikan April 2016, wisata River Tubing Watu Kapu mulai ramai dikunjungi wisatawan dan pihak pengelola melakukan promosi terus menerus untuk meningkatkan jumlah wisatawan.

“Kita promosinya pakai media sosial dan biasanya dari mulut ke mulut,” katanya.

Destinasi wisata yang terletak di Jalan Cokro-Delanggu, Dusun Wangen III, Desa Wangen Kecamatan Polanharjo ini mampu menghasilkan omset sedikitnya 70 juta per bulan, bahkan bisa mencapai 200 juta per bulan saat di musim liburan. Pihak pengelola pun mengaku konsisten untuk menjamin keamanan bagi para pengunjungnya. 

Ayu Widiawati (24) salah satu pengunjung dari Solo mengaku sangat puas dengan pelayanan di River Tubing Watu Kapu yang benar-benar memperhatikan keamanan untuk pengunjung. Ayu (24) menambahkan bahwa fasilitas yang diberikan pun cukup lengkap, seperti dokumentasi, tour leader, nasi kotak, minuman, transportasi, dan tentunya pengalaman yang menyenangkan.  

“Cukup bayar Rp 50 ribu bisa menikmati keseruan arung jeram  dan pemandangan yang disuguhkan benar-benar memberikan pengalaman yang menarik buat aku,” katanya.

Usai Sungai Pusur menjadi destinasi wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah bahkan wisatawan mancanegara, hal ini mampu meningkatkan kesadaran warga untuk tidak lagi membuang sampah ke sungai.

“Setelah warga mengetahui adanya objek wisata ini dan mereka mendapat uang dari sini  akhirnya warga ya pada segan untuk buang sampah di sungai,” kata Syaifu. 

Sehingga aliran Sungai Pusur menjadi lebih jernih dan bebas dari sampah. 

Lebih lanjut, Syaifu (45) mengatakan bahwa kemunculan destinasi wisata River Tubing Watu Kapu ini mampu menghidupkan perekonomian warga setempat.

“Bapak-bapak dan para pemuda jadi tour leader dan ibu-ibu yang masak makanan untuk para pengunjungnya. Lumayan juga bisa untuk menambah penghasilan mereka,” katanya.

Akan tetapi, kita juga mengalami kendala kalau wisatawan sedang ramai-ramainya, karena jumlah pengelolanya yang terbatas hanya warga setempat saja.

Sayangnya, kemunculan pandemi Covid-19 membuat destinasi wisata ini terpaksa ditutup. 

Samsiyah (70) salah satu warga setempat yang juga berjualan di lokasi wisata mengaku penjualannya turun drastis semenjak Watu Kapu ditutup selama pandemi Covid-19.

“Sejak ditutup karena corona ini penjualannya menurun yang beli paling tetangga saja, kalau wisatanya dibuka pengunjung banyak yang pada beli,” katanya.

Syaifu Nurul Aminuddin, ketua Komunitas Watu Kapu yang menginisiasi kegiatan membersihkan Sungai Pusur dan mengubahnya menjadi destinasi wisata

Pihak pengelola destinasi wisata mengaku selama pandemi sama sekali tidak mendapatkan pemasukan, tetapi justru pengeluaran yang masih jalan untuk biaya perawatan alat-alat. Akan tetapi, selama destinasi wisata Watu Kapu ini ditutup pengelola sempat mendapat bantuan dari AQUA untuk dibuatkan video VR perjalanan arung jeram di Sungai Pusur ini. 

“Kemarin kita dapat bantuan dari Aqua yang mengajak mahasiswa dari ISI Yogyakarta untuk dibuatkan video VR, jadi meskipun di masa pandemi pengunjung tetap bisa menikmati sensasi arung jeram di Watu Kapu,” kata Syaifu.

Pengelola berharap kerja sama ini bisa membuat destinasi wisata ini semakin berkembang dan menambah pemasukan selama destinasi wisata belum diperbolehkan untuk dibuka. Rencanananya, pengelola sendiri akan megembangkan wahana lain jika destinasi wisata River Tubing Watu Kapu sudah diperbolehkan untuk dibuka kembali seperti perahu kano, taman bermain anak, toko souvenir, dan flying fox.

Catatan redaksi: Pada masa pandemi, banyak mahasiswa Dikom UGM yang menjadi jurnalis Warga Jogja tidak berada di Yogyakarta. Ini adalah salah satu liputan yang mengangkat cerita dari kota tempat mereka tinggal saat ini, daerah asal mereka.