Mengintip Manis Bisnis Jasa Titip di Bazar Buku Yogyakarta

Nurul ikut membantu kasir menghitung harga belanjaan buku yang harus dibayarkan di gelaran Buka Gudang Gramedia Jogja 2020 (22/02).

Oleh: Nuha Khairunnisa

Permintaan atas buku-buku anak belakangan cukup melonjak, terutama di kalangan para ibu muda. Kehadiran bazar buku murah dilihat sebagai ladang bisnis bagi mereka yang ingin menambah penghasilan, dengan cara memborong buku untuk dijual kembali.

Di tengah banyaknya buku yang ditawarkan penerbit, tidak semua orang bisa mudah memperoleh buku yang mereka inginkan. Hal ini dilihat oleh sejumlah orang, seperti Nurul, sebagai peluang untuk melakukan bisnis jasa titip atau yang biasa disebut jastip.

“Saya biasa menawarkan foto buku yang akan dijual lewat grup WhatsApp dan Line, kemudian mereka memilihnya sendiri,” tutur pelaku jastip asal Magelang tersebut saat dijumpai di acara Buka Gudang Gramedia Jogja yang diadakan di Jl. Sudarsan Cakra/Raya Tajem Sleman. Bazar buku ini diselenggarakan mulai tanggal 21 Februari-29 Maret 2020.

Nurul, yang telah memulai bisnis jastip sejak 2017, mengaku bahwa buku yang ia tawarkan tidak pernah jauh dari buku anak dan parenting. Pelanggan Nurul, yang bergabung di dalam grup WhatsApp bersamanya, kebanyakan adalah ibu muda. Mereka berasal dari berbagai daerah di Jawa Barat dan luar Pulau Jawa, termasuk Papua.

Dengan kisaran modal Rp 900 ribu sampai Rp 2 juta untuk sekali kulakan. Nurul, yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, dapat memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp 300 ribu. Ia biasa mematok ongkos titip setiap satu buku sebesar Rp 5 ribu.

Selain Buka Gudang Gramedia Jogja, Nurul kerap mengunjungi bazar buku lainnya di Yogyakarta seperti Big Bad Wolf dan Out of The Boox. Bazar buku menjadi pilihan nomor satu bagi pelaku bisnis jastip sepertinya, dikarenakan harga buku yang bisa jauh lebih murah.

Nurul tentu saja tak sendiri. Dina, seorang ibu rumah tangga lainnya, juga mengaku telah beberapa kali memborong buku di bazar buku murah. Dijumpai di acara yang sama (22/02), Dina memborong buku dengan tujuan yang tak jauh berbeda dari Nurul, yaitu mencari keuntungan dengan cara menjualnya kembali.

“Paling banyak dicari buku anak-anak. Tapi permintannya biasanya menyesuaikan usia si anak. Misalnya tahun lalu yang banyak (dicari) buku jenis board book, tahun ini lebih variatif seperti (buku) jenis-jenis hewan. Menyesuaikan perkembangan anak saja,” katanya.

Pengalaman berbeda dirasakan oleh Fitri. Ia hanya pernah satu kali menjajal bisnis jastip di samping profesi tetapnya sebagai guru MTs. Berawal dari rasa iseng saat mengunjungi bazar buku, ia justru kapok dan memutuskan tidak akan berbisnis jastip lagi.

“Mencari pangsa pasarnya itu yang sulit, selama ini yang beli ya teman-teman saja. Waktunya juga nggak ada, saya nggak pintar manajemen waktu,” akunya sambil tertawa.

Mayoritas pelakon bisnis jastip berasal dari kalangan perempuan dan merupakan ibu rumah tangga. Beberapa dari mereka berbelanja buku sendiri, sementara lainnya ditemani oleh suami.

Penyelenggara Buka Gudang Gramedia Jogja 2020, Petrus Beko Mumpuni, mengamini banyaknya pemborong yang datang dari tahun ke tahun. Ia bahkan hafal dengan beberapa pengunjung yang selalu datang untuk memborong buku.

“Contohnya ya Mbak Nurul ini, dia selalu datang sejak tiga tahun lalu (2017) saat buka gudang ini pertama kali hadir di Yogyakarta,” katanya.