WEX 2017, Bukan Sekadar Pameran Karya Mahasiswa

Panitia menyediakan berbagai instalasi karya mulai dari poster, maket, virtual reality (VR), dan berbagai kutipan sehingga pengunjung dapat memahami identitas Yogyakarta melalui berbagai medium (1/4).

Oleh: Erika Dyah Fitriani

Wiswakharman Expo (WEX) 2017 merupakan pameran arsitektur dan seni hasil Kuliah Kerja Arsitektur yang diselenggarakan tahunan oleh Keluarga Mahasiswa Teknik Arsitektur UGM. Untuk menarik minat anak muda, WEX 2017 bukan cuma menampilkan pameran, tapi juga pentas musik, simposium, dan presentasi karya.

WEX 2017 berlangsung pada 31 Maret-2 April 2017 di Taman Budaya Yogyakarta dengan nama acara “Ternyata Jogja”. WEX 2017 menampilkan berbagai jenis karya Kuliah Kerja Arsitektur (KKA) dengan menyoroti identitas Yogyakarta sebagai tema utama.

“Pameran mungkin akan sulit dipahami oleh orang awam yang tidak menggeluti bidang arsitektur, untuk itu kami menghadirkan berbagai acara dalam rangkaian kegiatan WEX 2017 agar pesan yang ingin disampaikan dapat dengan mudah diterima. Jadi WEX 2017 memang bukan sebatas memamerkan karya saja,” kata Muhammad Nu’man (21), Ketua WEX 2017.

Pembukaan WEX 2017 (31/03) sempat terkendala masalah cuaca. Parade berupa arak-arakan yang rencananya dilaksanakan sepanjang Jalan Malioboro hingga Taman Budaya Yogyakarta pun terpaksa ditiadakan. Walau panitia sempat kewalahan, pementasan di panggung utama Taman Budaya Yogyakarta yang dimulai pada pukul 20.00 tetap dilaksanakan di tengah hujan dengan menghadirkan musik dari Visvakharman feat Red Percussion, Nawa Etnika, dan The Kandang sebagai pengisi acara. Tidak hanya musisi, Unit Seni Rupa (USER) UGM turut memeriahkan pembukaan WEX 2017 dengan pembuatan mural secara langsung.

Unit Seni Rupa (USER) UGM memeriahkan pembukaan WEX 2017 dengan penampilan live mural pada medium papan triplek yang disulap menjadi berwarna-warni.

Hari kedua penyelenggaraan WEX 2017 (01/04) dipadati oleh beragam kegiatan mulai dari Presentasi Biro dan Produsen, berupa rangkaian presentasi dari berbagai biro dan perusahaan arsitektur yang juga menjadi sponsor dalam acara ini.

Simposium yang merupakan salah satu agenda utama dari WEX 2017 digelar di Gedung Societet, Taman Budaya Yogyakarta, pada pukul 14.00, dengan menghadirkan para pembicara yang mumpuni di bidang arsitektur seperti Budiman Hendropurnomo, Florian Heinzelmann, Daliana Surwyawinata, dan Eko Prawoto. Dengan materi Redefining Local Architecture, kegiatan simposium berlangsung sukses dan meraup antusiasme audiens yang cukup tinggi.

“Walaupun simposium semacam ini biasanya ditujukan untuk mahasiswa Arsitektur saja, kesinambungan tema dan materi yang dibawakan pengisi acaranya mudah dicerna. Jadi, bisa dimengerti oleh siapa saja,” kata Hanafi (22), peserta simposium.

WEX 2017 merupakan hasil akhir dari KKA yang dilakukan oleh mahasiswa Arsitektur UGM 2014. Singapura, Jepang, dan Malaysia menjadi destinasi KKA yang dipilih mengingat ketiganya bergerak maju dalam hal manajemen pembangunan kota tanpa meninggalkan identitas kebudayaan lokal.

Studi perspektif inilah yang melatarbelakangi penyelenggaraan WEX 2017. Sebagai bagian dari pameran, juga pertanggungjawaban KKA yang telah dilakukan, WEX 2017 menghadirkan Presentasi Jogja dan Presentasi Pasca KKA.

Dalam agenda Presentasi Jogja, mahasiswa memaparkan isu dan solusi mengenai identitas Yogyakarta di hadapan stakeholder serta undangan lainnya, meliputi akademisi, biro arsitektur, serta pejabat pemerintah sebagai bahan evaluasi bersama. Tidak jauh berbeda, Presentasi Pasca KKA juga digelar untuk menjabarkan konsep dan desain yang telah dibuat mahasiswa berdasarkan studi perspektif di tiga negara destinasi.

Presentasi Pasca KKA ini menjadi ruang dialog antara mahasiswa dengan berbagai stakeholder yang akan mewujudkan desain tersebut. Tak jarang pihak pemerintah mengambil desain tersebut untuk rencana pembangunan daerah di kemudian hari. Melalui pemaparan dalam presentasi, pengunjung dapat lebih memahami desain yang diusung oleh mahasiswa peserta KKA.

Walau begitu, pameran tetap menjadi bagian utama dari penyelenggaraan WEX 2017. “Divisi pameran merupakan divisi tersibuk dalam acara ini,” kata Neil (19), staf pameran WEX 2017. Penyelenggaraan WEX 2017 mempunyai misi mengedukasi masyarakat, karenanya divisi pameran perlu memikirkan betul mengenai cara agar pesan dalam gelaran ini bisa tersampaikan pada masyarakat.

Berbagai instalasi karya mulai dari poster, maket, virtual reality (VR), dan berbagai kutipan disediakan sebagai medium bagi pengunjung dalam memahami identitas Yogyakarta. Selain itu, panitia juga berjaga pada beberapa instalasi dan maket untuk membantu pengunjung yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut dari catatan kuratorial yang telah disediakan. “Lelah sih, tapi yang penting pesan dalam pameran ini tersampaikan,” tambah Neil (19).

“Pamerannya lebih rapi dari yang sebelumnya, panitianya juga bisa menjelaskan isi pameran dengan baik,” kata Cahayani (18), pengunjung pameran.

Ditutup dengan Sunset Awarding dan Closing Ceremony yang dimeriahkan oleh berbagai pengisi acara termasuk Endah N Rhesa, WEX 2017 sukses mengangkat isu identitas Yogya lewat pameran dan berbagai rangkaian kegiatan lainnya, dengan total 3847 pengunjung dalam tiga  hari penyelenggaraan.