Komunitas Pemuda Tata Ruang, Ajak Anak Muda Mewujudkan Tata Ruang Berkelanjutan

Anggota komunitas mengadakan Malam Keakraban (Makrab), sebuah kegiatan rutin yang diadakan tiap akhir tahun untuk mempererat hubungan Internal serta rapat membahas program yang akan dijalankan di tahun-tahun berikutnya. (12/2017)

Oleh: Swita Memorita Sitanggang

Sebagai komunitas yang fokus pada perkembangan wilayah dan kota di Yogyakarta, Pemuda Tata Ruang (Petarung) membawa misi memasyarakatkan tata ruang, dan menata ruang untuk masyarakat.

Bermula dari kegiatan diskusi kelompok kecil yang dilakukan oleh 15 Mahasiswa Magister Perencanaan Kota dan Daerah Universitas Gadjah Mada (MPKD-UGM), tentang banyaknya permasalahan pembangunan di Indonesia yang belum selesai, seperti kemacetan, banjir, kemiskinan, pemukiman kumuh, dan lain sebagainya yang akhirnya membentuk sebuah komunitas, yaitu Pemuda Tata Ruang (Petarung) Yogyakarta.

Kegiatan Petarung antara lain Bajirut (bahan kajian rutin), Strong (sekolah tata ruang), Buletin Tata Ruang, dan Wakaf Berkelanjutan.

Bajirut (bahan kajian rutin) merupakan kegiatan berkumpul atau diskusi untuk membahas apapun terkait tata ruang termasuk program yang mereka sedang kerjakan. Ini dilakukan setiap Jumat, pukul 16:00 di Sekretariat Petarung, di Dabag, Condongcatur.

Sedangkan Sekolah Tata Ruang atau Strong merupakan kegiatan dikusi yang dibuka secara umum, yaitu pemberian materi mengenai isu tata ruang yang diadakan oleh Petarung kepada sejumlah pemuda di Yogya.

Melalui Strong atau diskusi ini, mereka mengaku, ingin memberi edukasi dan dapat menambah wawasan masyarakat awam terlebih pemuda yang belum tersentuh dengan berbagai informasi mengenai tata ruang, yakni pentingnya menjaga lingkungan atau wilayah kota.

Kegiatan Strong (sekolah tata ruang) atau diskusi dengan tema transportasi yang diadakan secara mingguan selama bulan Ramadhan 2018

Sedangkan Buletin Tata Ruang merupakan buletin yang diproduksi setidaknya setahun sekali oleh Petarung, yang membahas dinamika isu tata ruang, termasuk hasil riset, fakta dan tip menarik mengenai lingkungan dan tata ruang.

Kegiatan terakhir adalah Wakaf Berkelanjutan, yaitu bentuk kepedulian Petarung terhadap penataan ruang di perkotaan yang dirasa masih kurang dan tidak sepadan dengan perkembangan kota, khususnya dalam aspek ketersediaan ruang terbuka publik.

Kegiatan Wakaf Berkelanjutan terbaru adalah revitalisasi taman Prawirodirjan di RW 12, Kelurahan Prawirodirjan, Gondomanan. Taman ini menjadi satu-satunya ruang terbuka publik yang berada di tengah pemukiman tersebut. Petarung mencoba merevitalisasi kondisi taman tersebut yang tidak terawat dan minim fasilitas.

Dok. pemudatataruang.or.id

“Mengingat bahwa menurut data, Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Yogya masih belum mencapai angka ideal 30 % dari keseluruhan wilayah kota, RTH di Yogya masih 18%, dengan 16% nya merupakan ruang privat, oleh sebab itu bagi para pemuda kalau ada ruang yang terbengkalai, atau ruang yang belum terdeteksi seperti bekas perobohan rumah, lapangan, dan sebagainya, coba manfaatkan itu menjadi ruang terbuka sebagai tempat berinteraksi yang bebas bagi masyakarat,” kata Aji, Ketua Petarung (25/05).

Sementara itu, selama kurang lebih 6 tahun berjalannya komunitas ini, mereka juga mengaku memiliki tantangan tersendiri dalam berkomunitas.

seperti halnya dalam menjalankan berbagai program yang mereka punya, sangat diperlukan konsistensi setiap anggota untuk tidak hanya memberi materi atau rencana pembangunan, seperti anggaran, desain kepada warga, namun lebih dari itu, dapat turun ke lapangan untuk melakukan aksi memperbaiki dan membangun ruang.

Saat ditemui di Sekretariat Petarung (25/05), Dini, yang merupakan salah satu anggota divisi Riset Petarung, mengatakan bahwa penyebab lain terhambatnya penataan ruang di Indonesia, adalah sistemnya yang terbalik.

Menteri, Walikota, punya program sendiri-sendiri, tanpa memperoleh perencanaan secara umum terlebih dahulu dari perencana, sehingga tidak boleh mengutamakan egoisme kementrian, yang punya program masing-masing, tanpa perencana yang lalu turun ke kementrian. sehingga seharusnya Menteri mengetahui terlebih dahulu, hendak dijadikan apa kota di Indonesia, karena kalau tidak, regulasi dan birokrasi nya menjadi tidak teratur.

Selain itu, menurut Annisa, salah satu anggota Petarung, misi tata ruang tidak bisa hanya dikerjakan oleh pemerintah saja, namun masyarakat terlebih pemuda juga harus terlibat.

Karena sebenarnya, dalam menciptakan kesadaran akan tata ruang dan kota, haruslah dimulai dari diri sendiri, misalnya, kedisplinan untuk membuang sampah pada tempatnya, mulai memperbaiki tempat yang belum terawat di sekitar, mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama, akan menjadi sebuah aksi nyata yang sangat berdampak bagi kemajuan tata ruang kota Yogya terlebih Indonesia.