Partisipasi Pemilih Naik 6 Persen, Pemilwa 2020 di Universitas Gadjah Mada Berjalan Lancar

Bekerja sama dengan Direktorat Kemahasiswaan (Ditmawa), Direktorat Pendidikan dan Pengajaran (DPP), dan Direktorat Sistem dan Sumber Daya Informasi, KPUM melaksanakan Pemilwa 2020 melalui Simaster UGM (15/11) (Dokumen KPUM UGM).

Oleh Renatta Karuna Dharani

Pertama kalinya, Pemilihan Wakil Mahasiswa KM UGM (Pemilwa) dilaksanakan secara daring. Alih-alih turun karena suasana pemilwa yang tidak begitu terasa, partisipasi pemilih tahun ini meningkat sebanyak 6 persen. Sifatnya yang fleksibel dan praktis menjadi salah dua faktor penentu.

Proses Pemilihan Wakil Mahasiswa KM UGM dilaksanakan mulai 16-18 November 2020. Melalui Simaster UGM, sistem akademik daring untuk Mahasiswa UGM, sebanyak 17.443 suara (47,60%) terakumulasi dalam Pemilihan Presiden Mahasiswa (Presma) dan 15.781 (43,06%) untuk Pemilihan Dewan Perwakilan Mahasiswa Unsur Partai (DPM-UP) dari total 36.649 mahasiswa aktif. Jumlah ini naik sebanyak 6% untuk pemilihan Presma dan 2% untuk pemilihan DPM.

Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) menyelenggarakan rangkaian acara untuk meningkatkan partisipasi pemilih, yaitu Tour de Faculty (TDF), Debat Capresma, Podcast dan media sosial, dan mengundang pers serta melaksanakan konferensi pers. Usaha lain dilakukan dengan menyelenggarakan sayembara video berhadiah yang mengajak mahasiswa untuk menggunakan hak pilihnya. Tak hanya itu, KPUM juga bekerja sama dengan Komisi Pemilihan Raya Mahasiswa (KPRM) Fakultas untuk menyebarkan informasi-informasi terkait Pemilwa.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by KPRM FKG UGM 2020 (@kprm.fkgugm)

Di sisi lain, sifatnya yang praktis dan fleksibel membuat pemilih lebih nyaman untuk menggunakan hak pilihnya. “Pemilihan dengan sistem e-Voting memudahkan saya dalam memilih. Jika biasanya ada batasan waktu untuk memilih, tahun ini lebih fleksibel sehingga ketika jadwal kuliah penuh seharian, saya masih dapat memilih,” kata Lily, mahasiswa Fakultas Peternakan UGM. Hal senada juga disampaikan oleh Esther, mahasiswa Fakultas Hukum UGM. Selain cara pemilihannya yang mudah, menurutnya penggunaan Simaster juga lebih aman dan terpercaya.

Tahun ini terdapat 4 calon yang memperebutkan kursi Presiden Mahasiswa dan 80 calon untuk kursi DPM-UP dari 6 Partai Mahasiswa. Adapun, Calon Presiden Mahasiswa (Capresma) nomor urut 3, Muhammad Farhan, dengan Partai Gotong Royong, Partai Srikandi, dan Future Leaders Party sebagai partai pengusung berhasil memenangkan kontestasi ini dengan memperoleh 8.213 suara (47,08%). Di posisi kedua ialah capres nomor urut 4 dengan Partai Sayang Mama dan Partai Kampus Biru sebagai pengusung, Reandy Summa Justitio, dengan perolehan 4.777 suara (27,39%). Selanjutnya, dengan perolehan 2.408 suara (13,80%) calon independen nomor urut 1, M. Fadhli Fathoni berada di posisi ketiga. Selisih 363 suara, calon nomor urut 2 yang diusung oleh Partai Bunderan, Naufal Primaditya A. berhasil mendapatkan 2.045 suara (11,72%).Sedangkan untuk kursi DPM-UP, terdapat 42 calon yang berhasil lolos.

Tampilan laman Simaster UGM pemilih setelah memilih dan merasa yakin dengan calon yang telah dipilih (18/11).

Penyelenggaraan Pemilwa secara daring ini memberikan tantangan sendiri bagi KPUM dan peserta Pemilwa. “Mengubah semua proses menjadi daring merupakan sebuah tantangan bagi KPUM, atau istilahnya radical changes. Begitu pula dengan jaminan transparansi yang diwujudkan dalam penghitungan suara yang dilakukan per fakultas dan disiarkan secara live melalui Youtube,” kata Ketua KPUM UGM, M. Yusuf Ridwan.

Salsabila Zahwa Radini Suwandi, calon DPM-UP dapil Sains terpilih, menyebutkan pelaksanaan kampanye menjadi tantangan yang besar bagi dirinya. “Keadaan yang serba daring saat ini menantang saya untuk dapat memperkenalkan diri dan visi-misi saya pada orang lain melalui konten yang dibuat,” katanya. Ia juga menyampaikan bahwa kondisi ini berbeda ketika kegiatan dapat dilakukan secara luring, pendekatan secara personal dan face to face lebih mungkin untuk dilaksanakan.

Sementara itu, pelaksanaan secara daring juga mempermudah Banwaslu dalam bekerja meskipun masih memberikan tantangan tersendiri. “Ketika dilaksanakan secara daring, pengawasan jadi lebih berat sebab harus memantau akun media sosial peserta. Namun, kondisi ini juga membuat kami bekerja lebih praktis sebab ketika ditemukan sebuah pelanggaran, penindakan dapat segera didiskusikan dan diputuskan,” kata Tugus Trisna Triandana Putra selaku Ketua Banwaslu 2020.

Terkait dengan pelanggaran, mahasiswa Departemen Perikanan Fakultas Pertanian UGM ini menyebutkan terdapat 11 laporan yang masuk ke Banwaslu. Mayoritas pelanggaran yang dilakukan ialah pelaksanaan kampanye di masa tenang. Selain itu ditemukan pula pelanggaran yang mengganggu ketertiban umum.

Tak dapat beraktivitas secara luring membuat suasana Pemilwa tidak begitu terasa di tahun ini. Pelaksanaan TDF, diskusi, kampanye, dan pemilihan pun menjadi ‘kurang terlihat’. “Karena daring, lebih sulit untuk mengenal calon wakil mahasiswa dan berdiskusi dengan mereka. Biasanya di fakultas saya, bisa dilakukan diskusi bersama atau berdua dengan calon yang akan maju,” kata Esther. Zahwa juga menekankan bahwa pelaksanaan kampanye tahun ini lebih menitikberatkan di produksi konten, atau yang ia sebut dengan ‘perang konten’. Bagi Lily, kampanye daring ini malah lebih enak ditonton sebab ia tak perlu kesulitan mendengarkan orasi yang kurang jelas di fakultasnya karena ramainya massa. Selain itu, konten bersifat lebih fleksibel sehingga dapat dilihat kapan saja, berbeda dengan kampanye konvensional yang bisa saja berbarengan dengan jadwal kuliah.