Belajar Seni Sejak Dini di Desa Bangunharjo

oleh: Iqbal Maulana

Jumat sore (28/4) di Desa Bangunharjo, Kabupaten Bantul. Seorang anak perempuan memasuki masjid, menyalakan mikrofon, menyiarkan pengumuman. “Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh. Teman-teman yang mengikuti kelas menggambar di Redbase ditunggu segera di pendopo, terima kasih,” katanya. Nadia (11) lalu keluar dari masjid dan pergi bersama dengan  kedua temannya ke pendopo Redbase Foundation.

Kejadian tersebut terjadi hampir setiap pekan, kadang mereka tidak perlu repot-repot memerikan pengumuman karena teman-temannya sudah siap. Setiap Jumat sore mereka rutin Weekly Art Class (WAC) yang diselenggarakan oleh Redbase Foundation. Dibantu dengan seorang pengajar relawan sore itu mereka membuat model rumah dari batang kayu. Beberapa anak yang usianya lebih muda diberikan tugas untuk menggambar dan mewarnai.

Kelas WAC dimulai dari jam 15.00 sampai 16.30. Menjelang berakhir kelas anak-anak ini merapikan semua peralatan yang mereka gunakan. Sebelum pulang mereka diberikan hasil karya dari kelas sebelumnya. Lalu kelas ditutup dengan pembagian makanan ringan.

Kelas ini merupakan bagian dari program pendidikan seni dari Redbase Foundation. Selain kelas mingguan di Bangunharjo mereka juga memiliki kelas kesenian yang bekerja sama dengan Sekolah Luar Biasa (SLB) Pembina Yogyakarta yang diselenggarakan setiap Selasa. Karya dari anak-anak yang mengikuti program kesenian ini telah dipamerkan dan mendapat respon yang membanggakan. “WAC sempat menggelar pameran karya bersama kelas kesenian SLB Pembina Yogyakarta tanggal 6 Maret lalu di pendopo sini,” kata Yosep, penanggung jawab program edukasi Redbase Foundation.

Kelas seni Desa Bangunharjo pertama kali dijalankan pada 19 Februari 2016 . Berawal dari ada banyaknya anak kecil yang tinggal di lingkungan sekitar Redbase Foundation mencoba menyediakan ruang kreatif bagi mereka. Kelas ini dijalankan dengan menyenangkan dan tanpa dipungut biaya. Hal ini sebagai bentuk timbal balik antara foundation dan masyarakat sekitar. Juga untuk menjembatani anak-anak di Desa Bangunharjo dengan dunia seni rupa.

Tidak hanya seni, kelas ini juga mencoba membangun karakter anak-anak yang mengikuti kelas ini. Mereka diajarkan untuk bertanggung jawab dan mandiri. Sebelum kelas dimulai, anak-anak diminta untuk menyiapkan segala keperluan belajarnya sendiri. Mulai dari tikar, papan alas menggambar, lem, pensil, krayon, dan lain-lain.

Selesai menggunakannya pun mereka diajarkan untuk mengembalikan semua alat yang mereka gunakan kembali ke tempat mereka ambil semula. Sebagai bentuk penghargaan di setiap kelas berakhir dari pihak Redbase Foundation memberikan makanan ringan.

Peserta kelas seni Bangunharjo mayoritas siswa sekolah dasar yang duduk di kelas 3 sampai 5. Setiap pekan, peserta yang datang berkisar antara 10-20 orang. Jumlah ini ternyata turun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. “Minat anak-anak sekarang mulai berubah. Mereka lebih memilih gawai dan permainan elektronik dibanding mengikuti kelas kesenian,” kata Tini, orang tua dari anak peserta WAC.

Beberapa kelas yang sudah diselenggarakan antara lain membuat wayang, menggambar dengan merespon hal, membuat film, dsb. Setiap kelas difasilitasi oleh seorang guru yang direkrut oleh Redbase Foundation. Sejauh ini sudah ada 3 orang pengajar, semuanya memiliki latar belakang pendidikan seni rupa di Institut Seni Rupa Yogyakarta. Tika, pengajar saat ini mengatakan bahwa kesulitan mengajar di WAC adalah menghadapi anak-anak yang tidak berniat belajar. Karena mereka tidak mau mengikuti arahan dan malah mengganggu peserta yang lain.