Festival Ogoh-ogoh di Sleman Sambut Perayaan Nyepi

Oleh: Dyah Ayu Pitaloka

Pada 25 Maret 2017, Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman mengadakan Festival Ogoh-ogoh dalam rangka memperingati Nyepi Saka 1939. Festival Ogoh-ogoh yang diadakan di Sleman sudah rutin diagendakan sejak dua tahun silam.

Tema tahun ini “Membangun Harmoni dalam Kebhinekaan” sebagai simbol keberagaman budaya dan keharmonisan antar umat beragama. Festival ini melibatkan 600 hingga 700 orang peserta yang terbagi dalam 6 komunitas Hindu Bali, 13 komunitas seni budaya Sleman, dan Akademi Maritim Yogyakarta (AMY).

Sebanyak 19 ogoh-ogoh dengan berbagai karakter diarak berkeliling Sleman. Rute dimulai dari Monumen Jogja Kembali hingga Jembatan Sardjito. Arakan ogoh-ogoh menarik perhatian pengunjung monumen, warga, hingga pengguna jalan di sekitar rute.

 

Pelataran Monumen Jogja Kembali menjadi titik temu rombongan pawai sejak pukul 12 siang. 

 

Sesuai dengan tema “Membangun Harmoni dalam Kebhinekaan”, komunitas yang terlibat dibebaskan untuk berekspresi sesuai dengan ciri khasnya masing-masing. Salah satunya dengan mengenakan kostum yang unik dan mencolok.

 

Ogoh-ogoh yang dipamerkan memiliki ketentuan tinggi ±2 meter dengan berat tidak tetap bagi tiap komunitas. Karakter ogoh-ogoh tidak terbatas pada tokoh mitologi Hindu seperti Hanoman, tetapi juga tokoh dalam cerita rakyat seperti pewayangan hingga Mak Lampir.

 

Ogoh-ogoh dalam konteks budaya umat Hindu erat dengan ritual Tawur Kesanga yang bertujuan menangkal energi-energi negatif dalam diri manusia. Energi negatif ini divisualisasikan melalui ogoh-ogoh berbentuk raksasa (Butha) yang membawa sifat-sifat jahat.

 

Mayoritas peserta komunitas umat Hindu adalah mahasiswa dari berbagai universitas di Yogyakarta. Mereka ikut meramaikan Festival Ogoh-ogoh dengan menggunakan pakaian adat Bali seperti Udeng (ikat kepala untuk laki-laki), Kamen, Saput (kampuh), hingga Kebaya untuk perempuan.

 

Akademi Maritim Yogyakarta (AMY) menjadi pemimpin arakan Festival Ogoh-ogoh, diikuti komunitas seni budaya, dan terakhir komunitas Hindu Bali. Arakan akan bergabung dengan rombongan dari Kota Yogyakarta di Jembatan Sardjito menuju  Titik Nol Kilometer dan selesai di Alun-alun Utara.