Jajan dan Jalan-Jalan di Kakilangit

Bubur sumsum dan bubur kacang hijau adalah satu makanan andalan di Pasar Kakilangit (1/9/2018)

Oleh: Nirwana Pradana Maharani

Tidak hanya menjual makanan, Pasar Kakilangit juga menjadi tempat wisata yang kental dengan budaya tradisional.

Pasar Kakilangit merupakan salah satu pasar wisata di Kawasan Wisata Mangunan. Pasar ini dibentuk atas inisiatif kelembagaan KKLPMD (Kelompok Kerja Lembaga Pengembangan Masyarakat Desa) Padukuhan Mangunan.

Berdiri sejak Desember 2017, nama “kakilangit” dipilih bukan tanpa alasan. Ipung, Ketua Pengelola Pasar Kakilangit, menjelaskan bahwa kakilangit memiliki makna yang kuat.

“Saya mengambil filosofi sejarah tutur dari nenek moyang bahwa membuat nama itu tidak boleh sembarangan. Asma pinangka donga. Nama sebagai doa,” kata Ipung, yang bersama para pemuda Mangunan memilih nama itu.

Kaki adalah lambang manusia. Manusia lahir dengan kaki yang digunakan untuk bergerak. Makna bergerak yang dimaksud di sini adalah usaha manusia bergerak dari kemelaratan untuk menuju pada kesejahteraan.

Langit adalah lambang Tuhan. Manusia berusaha keras untuk mencapai kesejahteraan atas restu dari Tuhan.

Koin kayu Pasar Kakilangit dibuat sendiri oleh warga sekitar yang bekerja sebagai pengrajin (1/9/2018)

Salah satu keunikan Pasar Kakilangit adalah metode pembayaran yang tidak menggunakan uang kertas dan logam. Sebelum membeli makanan, pengunjung akan diarahkan untuk menukar uang kertas atau logam miliknya dengan koin kayu khas Kakilangit.

Gejok Lesung adalah satu pentas seni yang ditampilkan di Pasar Kakilangit (1/9/2018)

Meskipun bernama pasar, Kakilangit juga memiliki kegiatan lain di luar jual beli makanan. Pada hari Sabtu atau Minggu rutin diadakan pentas seni yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Pentas seni yang ditampilkan berupa gejok lesung, cokekan, wayang pethilan, karawitan, dan lain-lain.

Semua kegiatan yang ada di Pasar Kakilangit identik dengan kata “langit”. Misalnya, rasa langit adalah kegiatan utama pasar, yaitu menjual makanan tradisional. Sedangkan karya langit digunakan untuk menyebut kegiatan membuat kerajinan tangan dari kayu.

Pemberdayaan masyarakat sekitar dilakukan sebaik mungkin oleh pengelola Pasar Kakilangit. Tidak hanya menjadi penjual yang jumlahnya masih sedikit, warga yang tidak memiliki kesempatan berjualan diberdayakan untuk membantu memasak makanan yang dijual.

 

Salah satu bentuk promosi yang dilakukan oleh Genpi (29/7/2018)

Selain memberdayakan masyarakat sekitar, Pasar Kakilangit juga melakukan kerjasama dengan pihak eksternal. Salah satunya adalah kerjasama dengan Genpi (Generasi Pesona Indonesia). Bentuk kerjasama yang dilakukan berupa promosi yang dilakukan oleh Genpi melalui media sosial.

Salah satu penjual di Pasar Kakilangit mengungkapkan bahwa ia bersyukur dengan dibentuknya pasar ini. Selain lebih dekat dengan rumah, berjualan bersama-sama dengan tetangganya juga menumbuhkan rasa kekeluargaan yang makin erat. “Kalau di tempat jualan yang dulu sepi, Mbak. Di sini enak, banyak temannya,” kata Lusi, salah satu penjual di Pasar Kakilangit.

Sejak pertama dibuka pada tanggal 25 Desember 2017 hingga bulan Agustus 2018, jumlah pengunjung Pasar Kakilangit hampir menginjak angka 15.000 orang termasuk wisatawan mancanegara yang berjumlah sekitar 50 orang.

Wisatawan domestik didominasi oleh orang-orang yang sudah lanjut usia. Alasan mereka sering datang ke sini adalah nostalgia makanan tradisional. “Dari awal pasar berdiri saya sudah mulai sering ke sini, orang-orang di sini sudah seperti keluarga saya sendiri,” kata Munawir, salah satu pengunjung.

Ipung menjelaskan bahwa Pasar Kakilangit tidak akan melakukan inovasi mengenai elemen-elemen di dalam pasar. Justru yang dipertahankan adalah bentuk tradisional dari makanan dan kebudayaannya. Inovasi yang dilakukan bentuknya berupa cara penyajian dan perluasan tempat.

“Kalau makanan dan pentas seni tradisional yang sudah kita berdayakan ini malah tidak akan diubah, justru kita menarik ke belakang tentang tradisi-tradisi nenek moyang yang sudah mulai dilupakan supaya tidak hilang,” tambah Ipung.