Lima Puluh Ribu untuk Apresiasi Seni: ArtJog 2018

Commision Work bertajuk “Sea Remembers” karya Mulyana di ArtJog 2018

oleh: Christian Theo Dwi Hartono

Pameran seni tahunan ArtJog kembali digelar di Yogyakarta. Mengusung tema “Enlightenment – Towards Various Futures”, gelaran ArtJog yang dikurasi oleh Bambang ‘Toko’ Witjaksono dan Ignatiu Nilu ini menampilkan 54 karya seniman lokal dan mancanegara dalam bentuk lukisan, karya instalasi, video, dan patung.

ArtJog diinisasi oleh Heri Pemad Art Management pada 2008, yang mulanya bagian dari Festival Kesenian Yogyakarta dengan nama Jogja Art Fair. Nama ini bertahan hingga 2009, lalu resmi berganti menjadi ArtJog sejak 2010.

Hingga 2013, pengunjung ArtJog tidak dipungut biaya masuk. Sejak 2014, biaya tiket masuk mulai dipatok dengan jumlah yang meningkat secara bertahap: Rp 10 ribu (2014), Rp 25 ribu (2015), dan Rp 50 ribu ( 2016 – sekarang). Meski terbilang tidak murah, pengunjung terutama mahasiswa Yogyakarta tetap antusias dan mau mengapresiasi karya seni melalui ArtJog tahun ini.

Dua pengunjung bernama Ghina dan Cininta, mengaku uang sebesar Rp 50 ribu yang dikeluarkan itu tidak sia-sia, sebab itu adalah salah satu cara mengapresiasi seniman yang berkarya di ArtJog 2018.

“Hanya saja, mungkin beberapa kalangan ada yang keberatan dengan harga tiket masuk sebesar itu, sehingga perlu berpikir dua kali untuk datang,” tambah mereka.

Pengunjung menikmati karya di ArtJog 2018

Pandu, pengunjung lainnya, juga memberikan pendapat senada. “Membayar Rp 50 ribu menurut saya tidak masalah, hanya saja mungkin bisa diturunkan sedikit agar lebih banyak warga yang datang untuk menyaksikan karya,” ujarnya.

Salah satu panitia ArtJog, Ma’mun, menegaskan bahwa antusiasme masyarakat terhadap pameran ArtJog 2018 cukup tinggi, mencapai 1.000 pengunjung di hari biasa dan 3.000 pengunjung di akhir pekan. “Para pengunjung datang tidak sekadar berfoto, tapi juga membaca deskripsi yang ada di tiap karya,” tambah Ma’mun.

Selain sebagai ajang eksibisi, ArtJog juga merupakan bursa karya seni kontemporer. Sehingga bentuk apresiasi karya seni dalam ArtJog juga bisa dalam bentuk materi, termasuk dari hasil pungutan tiket masuk dan penjualan karya seni.

Orientasi dari acara ini berbeda dengan salah satu acara seni lain di Yogyakarta, “Biennale Jogja”. Karena diadakan oleh yayasan non profit, “Biennale Jogja” tidak mengadakan pungutan biaya tiket masuk bagi pengunjung.

ArtJog 2018 dinikmati berbagai kalangan umur, termasuk anak-anak

Dilansir dari ivaa-online.org, dalam artikel berjudul “Archive Showcase: Dinamika Ruang Seni Jogja Setelah Boom Pasar Lukisan 2008” Saputri (2017) mengatakan bahwa sejak boom seni periode 2000-an memicu tumbuh lebih banyak ruang seni yang memfasilitasi transaksi jual-beli langsung dari tangan pertama, sehingga ruang seni ini bisa dikatakan merupakan bagian dari investasi seniman.

Orientasi dari ArtJog sebagai bursa karya seni nampaknya turut memberikan ruang bagi para seniman untuk menambah kedekatan dengan masyarakat, dan berujung pada apresiasi seni dalam bentuk jual-beli karya.

Mengutip tim kurator dalam situs artjog.co.id, tema “Enlightenment” yang diusung dalam ArtJog 2018 mengandung makna “…segala daya upaya untuk mengusir kegelapan, untuk membawa apa-apa dan siapa-siapa yang terkurung dalam kegelapan ke tempat terang.”

Dalam tulisan tersebut juga ditegaskan bahwa ArtJog merupakan “…cara dalam melihat kaitan tak terpisahkan antara eksperimentasi seni, sejarah seni dan resepsi seni. Pencerahan adalah daya upaya mengeksplisitkan kaitan maha-erat tersebut dalam budaya digital global.”

Baik pengunjung maupun para seniman sama-sama diajak untuk mengolah dan mengapresiasi seni secara holistik, dari memahami sejarah seni, mengolah resepsi seni hingga ke tahap apresiasi.