Oleh: Nirwana Pradana Maharani
Bertujuan memanfaatkan hari Selasa Wage di Jalan Malioboro yang bersih dari pedagang kaki lima, Hamzah Batik menyelenggarakan “Selasa Wage-nan” untuk memperkenalkan batik, gamelan, dan aksara Jawa kepada wisatawan.
Sejak pertama dilaksanakan pada 26 September 2017, setiap hari Selasa Wage tidak ada pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang Jalan Malioboro. Ini berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta yang dibuat dengan kesepakatan para pedagang di Jalan Malioboro.
Pemilihan hari Selasa Wage ini bertepatan dengan hari lahir Sultan Hamengkubuwono X. Para warga Yogyakarta dan pedagang kaki lima Malioboro menyebut kegiatan ini dengan nama Jogja Reresik Malioboro Selasa Wage.
“Selasa Wage-nan” adalah acara rutin yang diadakan oleh Hamzah Batik setiap hari Selasa Wage, setiap 35 hari sekali. “Selasa Wage-nan” yang diadakan pada 16 Oktober 2018 kemarin adalah kali keempat Hamzah Batik menggelar acara ini.
Tujuan utama Hamzah Batik menggelarnya adalah memberikan edukasi pengunjung Jalan Malioboro supaya lebih mengenal budaya Jawa.
Di dalam acara ini terdapat berbagai kegiatan tradisional dan ekspresi kebudayaan. Para pengisi acara berasal dari pihak internal Hamzah Batik yang sudah terlatih dan pihak luar yang memiliki kerja sama dengan Hamzah Batik.
Salah satu kegiatan yang bisa diikuti oleh pengunjung adalah belajar membatik. Cukup dengan membayar Rp 30.000 rupiah, pengunjung sudah bisa belajar membatik dengan alat dan bahan yang disediakan serta bisa membawa pulang karyanya.
Selain itu, pengunjung juga bisa mengabadikan momen belajar membatiknya dengan memakai pakaian adat Jawa di photo booth yang disediakan panitia.
Menurut Yoga, salah satu pengunjung “Selasa Wage-nan”, acara ini menarik karena ia merasa bosan jika hanya berjalan-jalan dan membeli oleh-oleh di Jalan Malioboro.
“Saya sudah beberapa kali berkunjung ke Jalan Malioboro setiap ke Yogyakarta. Kebetulan kali ini bertepatan dengan hari Selasa Wage, jadi senang bisa menikmati Malioboro yang bebas pedagang kaki lima dan kegiatan menarik seperti belajar membatik ini,” kata Yoga.
Jika pengunjung hanya ingin menikmati proses pembuatan batik, terdapat demo yang dilakukan oleh seorang pembatik dari Hamzah Batik.
Salah satu atraksi budaya yang bisa dinikmati di acara ini adalah musik gamelan. Selama acara berlangsung, musik gamelan diputar untuk menghibur pengunjung.
“Dari bulan ke bulan, kegiatan yang digelar terus bertambah. Kami melakukan inovasi-inovasi yang kiranya disukai pengunjung Malioboro,” kata Ocha, salah satu panitia penyelenggara “Selasa Wage-nan” Hamzah Batik.
Untuk kegiatan baru di bulan keempat ini, Hamzah Batik mengadakan panggung raya. Panggung Raya ini akan diisi penampilan sendra tari panen raya dari Ketoprak Moendhi Dharma dan pertunjukan musik dari Sarkem Percussion.
Tidak hanya membatik, belajar aksara Jawa juga bisa dilakukan di “Selasa Wage-nan”, dengan pengajarnya adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UGM
Mardiana, salah satu pengajar aksara Jawa, merasa mendapatkan banyak manfaat dari acara ini. Ia dan salah satu temannya mengaku bahwa mereka bersyukur karena terpilih menjadi wakil untuk mengajar aksara Jawa.
“Tidak semua orang bisa mendapatkan pengalaman seperti ini. Saya merasakan kepuasan batin tersendiri dengan menjadi salah satu pengajar aksara Jawa,” kata Mardiana.
Menurut Mardiana, acara seperti perlu dilakukan secara rutin untuk melestarikan budaya Jawa. Pengunjung Jalan Malioboro tidak hanya orang Jawa yang sudah familiar dengan kebudayaannya, tapi juga pengunjung dari daerah lain di Indonesia, bahkan mancanegara.
Ocha menambahkan, tim penyelenggara “Selasa Wage-nan” bersama Hamzah Batik akan terus melakukan inovasi untuk menambah kegiatan menarik lainnya. Inovasi dilakukan supaya lebih banyak budaya Jawa yang bisa dikenal oleh warga.
Pada kesempatan kali ini, batik merupakan salah satu ekspresi budaya Jawa yang menjadi kegiatan utama dalam acara “Selasa Wage-nan”. Untuk bulan berikutnya, Ocha berharap bisa mengenalkan kebudayaan Jawa yang lain.