Mengintip Ramadan di Destinasi Digital Pasar Banyunibo

Suasana Pasar Banyunibo menjelang berbuka puasa (29/5/2018).

Acara Ramadan di Pasar Banyunibo berlangsung selama 22 hari pada pukul 15.00 – 18.00 WIB.

oleh: Fina Nailur Rohmah

Destinasi Digital Pasar Banyunibo di Prambanan adalah destinasi wisata binaan Kementerian Pariwisata yang bertujuan memberdayakan warga sekitar dengan memanfaatkan teknologi digital. Dalam pengelolaan tempat ini, peran Karang Taruna Brigodo Timur dibantu oleh GenPI (Generasi Pesona Indonesia).

Berbeda dengan biasanya yang hanya buka pada Hari Sabtu dan Minggu pukul 06.00 -12.00 WIB. Selama Ramadan 2018, Pasar Banyunibo buka setiap hari. Beragam acara diadakan di sana, mulai dari penampilan musik yang meliputi perkusi, akustik, karawitan, angklung, hingga pelatihan menulis lagu.

Konsep pengisi acara selama Ramadan dilakukan secara relawan, “Pengisi acara ya dari swadaya masyarakat. Kami tidak memberikan uang. Kami mengajak pengisi acara untuk berkontribusi, timbal baliknya akan kami bantu viralkan,” tutur Agung (29/5/2018), General Manager destinasi digital se-DIY.

“Untuk band contohnya, nama bandnya akan kami masukkan ke web kementerian, lalu kami unggah ke infoseni dan lain-lain. Dengan demikian bisa menjadi portofolio mereka,” tambahnya.

Penampilan akustik saat bulan Ramadan di Pasar Banyunibo (29/5/2018).

GenPI berperan sebagai struktural online, sedangkan Karang Taruna Brigodo Timur sebagai struktural offline.

“Yang online lebih ke membuat konsep, dan offline yang akan eksekusi. Kenapa ada dua ini, harapannya struktural offline belajar kepada struktural online. Teman-teman Karang Taruna itu kan masih bingung dalam menyusun acara, membuat video, dsb. Ini harapannya bisa menjadi media belajar bagi mereka, jadi ketika dilepas mereka akan tetap betahan,” tutur Agung.

GenPI Yogya berbasis komunitas, yakni memberdayakan masyarakat setempat. “Kenapa demikian, karena kami berharap pasar ini bisa dirasakan dan dimiliki oleh masyarakat setempat. Para penjual latar belakangnya bukan pedagang. Jadi berdagang merupakan hal yang baru. Ketika mereka mencoba, otomatis mereka akan berjuang,” tutur Agung.

Di antara banyak makanan tradisional yang ditawarkan, terdapat Nasi Telang yang menjadi makanan khas di Pasar Banyunibo, yakni nasi berwarna biru akibat dimasak bersama dengan Bunga Telang. Pengunjung dapat menikmati Nasi Telang hanya dengan Rp. 5.000, 00.

Nasi Telang, makanan khas Pasar Banyunibo (29/5/2018).

Uniknya lagi, selama acara teman-teman Karang Taruna Brigodo Timur mengenakan pakaian surjan. Di pasar ini juga terdapat permainan-permainan tradisional seperti Egrang dan Jemparingan.

Tak hanya itu, Pasar Banyunibo juga menjual paket lain seperti memandikan sapi dan menaiki kuda. “Tujuannya, dari makanan, permainan, dan lapak yang dibikin tradisional ya untuk mempertahankan dan melestarikan budaya Jawa,” tutur Sholeh, Lurah Pasar Banyunibo.

Pengunjung diharuskan untuk menukar uang dengan koin agar bisa melakukan transaksi di Pasar Banyunibo. “Untuk koin itu merupakan standar pasar yang sudah ada di SOP Kementrian. Alat transaksinya ngga boleh pakai cash, entah bagaimanapun caranya. Kami mengharapkan orang datang ke pasar itu masuk ke dunia yang baru dan mendapat pengalaman baru,” tutur Agung.

Pengunjung yang menjadi target sasaran adalah masyarakat umum utamanya keluarga, “agar lebih dapat suasananya, misal liburan, bisa ada ceritanya gitu, agar mengingat kembali kenangan lampau,” tutur Sholeh.

Sepasang suami istri Priyono (46) dan Rini (38), pengunjung asal Maguwoharjo yang datang bersama keluarga mengaku senang menikmati konsep pasar ini. “Baru pertama saya datang, kemarin dikasih tahu teman saya bahwa ada tempat baru. Saya dukung karena bisa untuk hiburan masyarakat, menengah ke atas boleh, menengah ke bawah boleh, karena murah meriah,” tutur Priyono (29/5/2018).

Destinasi digital Pasar Banyunibo ini akan dirilis dan diresmikan oleh Menteri Pariwisata pada Oktober mendatang. Sudah ada rencana lengkap beserta pembuatan perkebunan Telang.

“Karena sejatinya dirilis itu adalah ketika pasar sudah tidak diubah-ubah lagi secara skema. Rencananya pasar banyunibo akan dibangun di atas sawah. Jadi konsepnya menongkrong di atas sawah, latarnya candi. Sudah akan dieksekusi setelah lebaran. Adapun memang ada perubahan, mungkin akan ada penambahan gubuk dsb, konsepnya tetap,” tutur Agung.