Simple Plant, Sebuah Restoran Vegan di Pedalaman Bantul

Oleh : Muhammad Haris Naufal

Halaman depan restoran Simple Plant (01/05/2021)

Terletak di wilayah pedalaman Kasihan, Bantul, terdapat sebuah restoran unik bernuansa vegan. Restoran ini  bernama Simple Plant Vegan Kitchen And Artspace.

Ketika datang ke restoran ini, anda langsung disambut oleh rindangnya pepohonan, sunyi suara alam, dan desiran sungai mengalir. Masuk ke dalam, anda akan menemui kucing dan anjing yang menanti. Selain itu, anda juga akan melihat berbagai lukisan di dinding-dinding restoran.

Berdiri pada tahun 2016, bertepatan dengan Hari Hewan Sedunia, restoran ini pada awalnya berada di wilayah Prawirotaman, Bantul. 2018, mereka memutuskan untuk pindah ke Kasihan, supaya tidak terbebani biaya sewa. Pedalaman Kasihan sendiri dipilih karena suasana lokasinya yang asri, cocok dengan tema restoran yang mereka usung. Banditz, founder dari simple plant, mendirikan restoran ini untuk mengajak orang mengurangi konsumsi hewani dan beralih ke menu vegan.

Menurut juru masak Simple Plant, Rio, yang membuat restoran ini spesial adalah komitmennya terhadap 100% bebas unsur hewani. “Bahkan kita tidak mencoba untuk mereplikasi rasa hewani ke makanan kita, murni 100% makanan berbasis tumbuhan dengan citarasa nabati,” ujarnya.  Mereka juga menghindari penggunaan MSG dan minyak sawit.

Selain itu, salah satu menu Simple Plant yang paling populer, Veggie Burger, sempat mendapatkan penghargaan dari PETA (People for The Ethical Treatment of Animals). Menu lain yang tidak kalah populer adalah steak jamur, nasi goreng vegan, dan pasta vegan, eye of horus demo. Saya mencicipi Veggie Burger dan rasanya tidak kalah dari burger dengan daging hewani.

Sepiring Veggie Burger siap disantap (01/05/2021)

Untuk proses memilih dan memilah bahan-bahan masakannya, Rio menjelaskan bahwa ada berbagai proses yang dia lakukan sebelum menggunakan bahan tersebut.

“Bahan-bahan seperti sayur-mayur, saya pilih sendiri di pasar. Untuk bahan seperti minyak, saos, dan bumbu lainnya, kami biasanya melakukan riset terlebih dahulu untuk memastikan bahwa produk-produk ini “cruelty free”—tidak ada bentuk kekerasan dan eksploitasi kepada hewan. Selain itu Founder kami juga memiliki andil untuk memilih akan apa yang lebih baik digunakan karena dia merupakan vegan sejak lama,” ungkap Rio.

Rio Mengaku bahwa memasak masakan vegan bukanlah hal yang susah. Meskipun begitu, dia merasakan ada tantangan tersendiri dalam memasak masakan vegan.

“Proses pembuatan menu, pencarian bahan, dan mencari alternatif dari produk hewani itu cukup menantang. Apalagi dengan komitmen kita untuk tidak membuat menu yang meniru rasa ataupun bentuk hewani,” katanya.

Restoran ini terafiliasi dengan komunitas AFJ (Animal Friends Jogja). Bukan kebetulan, karena penggagasnya merupakan orang yang sama. Selain menjual makanan, Simple Plant juga menjadi tempat untuk membeli berbagai merchandise AFJ, yaitu berupa pakaian, buku-buku tentang veganisme, dan yang lainnya.

Selain restoran, Simple Plant juga menjadi rumah dari berbagai hewan yang diselamatkan oleh AFJ. Ada kucing, anjing, bahkan babi. Namun, tempat ini bukanlah penampungan hewan. Tempat penampungan hewan yang asli pada saat ini dirahasiakan karena masalah keamanan.

Kucing di atap Simple Plant (01/05/2021)

Rio mengungkap, “Shelter kami sempat dilempari kepala anjing oleh pedagang daging anjing karena kami sempat menentang perdagangan anjing di Yogyakarta.”

Meskipun begitu, restoran ini membuka donasi bagi pengunjung yang peduli akan kesejahteraan hewan. Donasi yang masuk akan dialokasikan ke pemenuhan kebutuhan hewan-hewan seperti makanan, minuman, dan kesehatan di penampungan.

Mayoritas pengunjung yang datang ke Simple Plant adalah orang-orang yang bergabung dengan komunitas vegan di Yogyakarta. Turis dan ekspatriat luar negeri juga tidak kalah penasaran untuk mencoba makan di restoran ini. Salah satunya adalah Katerina, seorang ekspatriat dan vegetarian. Dia mengaku sering makan di sini dua tahun terakhir. “Saya suka lingkungannya di sini, cukup asri. Makanannya sendiri pas di lidah saya, ungkapnya.

Selain turis luar negeri, turis domestik pun turut tertarik mencoba makanan yang ditawarkan. Sekar, walaupun bukan seorang vegan, mengaku penasaran akan bagaimana rasa makanan vegan.

Meskipun begitu, ada beberapa kekurangan yang dirasakan oleh pelanggan ketika mendatangi restoran ini. Beberapa di antaranya adalah tempat yang kurang terawat dan pelayanan yang kurang memadai.

Rio mengklaim bahwa Pandemi Covid-19 tidak berpengaruh banyak bagi bisnis mereka. Kendati demikian, Simple Plant sempat tutup tiga bulan akibat kebijakan lockdown pemerintah DIY. Keuntungan yang mereka dapatkan pun setiap harinya tidak pasti.

“Masalah keuntungan bersih, kita tidak bisa memprediksi secara pasti apalagi pandemi Covid-19 membuat bisnis berubah dengan drastis. Namun yang pasti, kami melihat tren pendapatan kami dari pemesanan take home meningkat,” kata Rio.

Untuk strategi ke depannya, restoran ini merencanakan berbagai hal untuk menarik lebih banyak pengunjung. “Kami akan mengusahakan menu baru, berbagai promo, dan berbagai event kecil-kecilan,” jelasnya.

Bagi anda yang ingin berkunjung ke Simple Plant, dapat mengunjungi tautan ini:  Jalan Plataran No.8, RT.01/RW.47, Sembungan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta 55184 – Google Maps