Un(fitting): Sebuah Persembahan dari Kalanari Theatre Movement

Pementasan Teater Un(fitting) menggunakan peralatan dan kostum-kostum yang pernah digunakan pada pementasan Kalanari Theatre Movement sebelumnya (4/9).

Oleh: Mutiara Puteri Amelia

Kalanari Theatre Movement menampilkan Un(fitting) yang menggunakan kostum dan properti dari pertunjukan-pertunjukan Kalanari sebelumnya.

Pentas berjudul “Un(fitting): Sebuah Percobaan Menyandang Sejarah Teater yang Mendekam dalam Gudang dan Lemari” ini dilaksanakan di Taman Budaya Yogyakarta (4/9) dengan dihadiri oleh sekitar 300 penonton.

Kostum dan properti yang ada coba dilepaskan dari beragam sejarah yang melekat pada pementasan terdahulu. Kostum dan properti tersebut kemudian ditampilkan dengan suasana baru yang diharapkan dapat memberikan pemahaman baru kepada penonton.

Namun, pementasan yang ditampilkan secara baru dengan menggunakan kostum dan properti lama dapat memunculkan dua kemungkinan, yaitu sesuai (fitting) atau tidak sesuai (unfitting).

“Salah satu ciri khas dari pertunjukan Kalanari adalah sifatnya yang eksplorasi, yaitu ada kemungkinan-kemungkinan yang dapat kami hadirkan di atas panggung,” kata Brily salah satu pemeran dalam pementasan Un(fitting). Oleh karena itu, para pemain teater saat mementaskan teater bertajuk Un(fitting) tidak terpaku pada teks sehingga improvisasi saat tampil sangat mungkin terjadi.

Salah satu adegan dalam pementasan teater yaitu tokoh utama yang dibawa pergi meninggalkan panggung pementasan (4/9).

Ibed Surgana Yuga selaku pendiri Kalanari Theatre Movement sekaligus sutradara dalam pementasan teater bertajuk Un(fitting) ini mengatakan bahwa Kalanari Theatre Movement bukan sebuah kelompok teater, lebih dari itu merupakan lembaga pergerakan teater. Kalanari menggunakan teater sebagai sarana untuk mempelajari, menginterpretasi, mengeksplorasi, serta merepresentasikan kebudayaan dalam masyarakat. Oleh karena itu, Kalanari memiliki penerbit buku yang disebut Kalabuku serta mengadakan workshop-workshop kerajinan secara rutin.

Ibed Surgana Yuga (nomor 5 dari kiri dan kanan) serta beberapa sutradara teater lainnya sedang menerima penghargaan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Yogyakarta di Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta (4/9).

Penonton dari berbagai kalangan usia pun memadati Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta malam itu. Sebagian besar dari mereka memiliki tujuan yang sama yaitu menonton pertunjukan teater yang akan segera dipentaskan dalam rangka Parade Teater Yogyakarta, termasuk di antaranya persembahan dari Kalanari Theatre Movement.

Penonton diperbolehkan untuk maju sampai dengan garis batas pementasan teater. Jarak yang sangat dekat hanya sekitar tiga meter menjadikan penonton semakin antusias dengan pertunjukan yang akan ditampilkan. Ditambah lagi bentuk pementasan teater Un(fitting) yang mengarah ke segala penjuru membuat penonton dapat menonton dari banyak sudut.

“Saya merasa sangat senang dengan teater berjudul Un(fitting) ini. Penonton serasa diajak untuk turut bermain dalam pementasan”, kata Arie salah satu penonton.

Poster Pertunjukkan Teater Kalanari Berjudul Un(fitting).
Sumber: Instagram Kalanari Theatre Movement. (31/8)

Latar belakang munculnya ide untuk menampilkan Un(fitting) adalah banyaknya properti dari pertunjukan Kalanari dari pentas-pentas sebelumya. Kebanyakan dari properti tersebut hanya mendekam di lemari. Ada sebagian yang sudah rusak, namun banyak juga yang masih bisa digunakan. Oleh karena itu, muncullah ide untuk menampilkan pentas dengan memanfaatkan properti-properti terdahulu.

Kalanari Theatre Movement telah berdiri sejak 8 Maret 2018 di Yogyakarta, dan sekarang memiliki rumah di Jalan Perintis, Jeblog, Tirtomolo, Kasihan, Bantul. Anggota Kalanari Theatre Movement biasa latihan setiap Jum’at di sana. Tidak ada anggota tetap, siapa saja yang ingin belajar teater bisa langsung datang ke rumah Kalanari.