Apakah Bisa Hidup Bahagia di Masa Pandemi Covid-19?

Dalam rangka menghadapi pandemi Covid-19, Universitas Padjajaran (Unpad) melalui unit layanannya, Learn in Virtual Environment (LiVE), menyelenggarakan rangkaian Webminar yang membahas penanganan Covid-19 dari berbagai disiplin ilmu para narasumbernya.

Oleh Renatta Karuna Dharani

Pandemi Covid-19 tak hanya memberi dampak pada kesehatan fisik manusia, tetapi juga kesehatan mental. Bagaimana kita tetap bisa berbahagia di kala masa karantina Covid-19 ini?

Kebijakan pemerintah untuk melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan physical distancing mengharuskan masyarakat untuk semaksimal mungkin berada di rumah. Tak dapat beraktivitas di luar rumah untuk waktu yang cukup lama dapat membuat seseorang menjadi stres. Apabila tidak dikelola dengan baik, hal ini bisa berdampak pada kesehatan mentalnya.

Martin E. P. Seligman dalam bukunya yang berjudul Authentic Happiness: Using the New Positive Psychology to Realize Your Potential for Lasting Fulfillment menyebutkan bahwa berpikir secara terburu-buru (spontan) biasanya akan menghasilkan suatu pemikiran negatif. Maraknya pemberitaan tentang wabah pandemi Covid-19 oleh media cenderung membuat kita berpikir secara spontan sehingga rasa takut dan cemas pun muncul dalam diri kita. Teorinya ini menyebutkan pula bahwa ada kekuatan manusia yang berfungsi sebagai penyangga dari penyakit mental. Karena itu, melalui teori psikologi positif, manusia diajak untuk optimis dan berpikir positif pada keadaan untuk menemukan kehidupan yang lebih baik, seperti yang dikatakan Aristoteles.

Hal ini menjadi topik bahasan webminar yang bertajuk “Covid-19 sebagai Epifani: Kajian Psikologi Positifnikasi”. Webminar ini dilaksanakan pada Selasa, 28 April 2020 dengan narasumber Dr. Jenny Ratna Suminar, M.Si. Beliau merupakan dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran (Unpad) sekaligus Ketua Prodi Magister Ilmu Komunikasi Unpad. Pada kesempatan ini, beliau membagikan materi tentang bagaimana cara hidup bahagia di tengah pandemi Covid-19 yang dikutipnya dari teori Psikologi Positif oleh Martin E.P. Seligman.

“Pada awal dimulainya pelaksanaan physical distancing, banyak orang syok dan mulai sibuk mencari hand sanitizer serta minuman hangat seperti empon-empon yang saat itu dianggap dapat mencegah virus Covid-19. Hal inilah yang disebut dengan epifani,” kata Jenny. Epifani merupakan peristiwa istimewa dalam kehidupan seseorang yang menjadi titik balik kehidupan. Peristiwa pandemi Covid-19 ini tergolong epifani. Aktivitas yang sebelumnya dapat dilakukan di luar rumah, sekarang tidak dapat dilakukan.

Melawan Covid-19 adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh. Selain dengan mengonsumsi makanan yang bergizi kita juga harus menjaga diri agar tidak stres dan panik Sebab stres, takut, dan cemas ini akan membuat tubuh menjadi tidak nyaman. Cara yang dapat kita lakukan ialah dengan berpikir positif dan bersyukur. Cara ini akan menumbuhkan hormon positif pada diri kita yang kemudian membuat kita bahagia.

Seringkali orang menganggap bahagia merupakan sesuatu yang kita dapatkan setelah mencapai kesuksesan dari hasil kerja keras. Seseorang harus sekolah dengan baik, lulus dengan hasil yang baik pula dan kemudian sukses untuk dapat bahagia. Namun sebenarnya tidak seperti itu, bahagia seharusnya ada di setiap tahapan. Dalam menjalani studinya di universitas, seseorang dapat menemukan bahagia ketika belajar bersama teman. Begitu pula ketika bekerja dan dalam perjalanan menuju kesuksesan.

Menjadi bahagia dapat dilakukan dengan menikmati kondisi yang ada. Menikmati aktivitas yang ada di hadapan kita meskipun berada dalam keadaan yang menuntut kita untuk selalu di rumah. Selanjutnya ialah asik dengan kegiatan yang baik. Setelah menikmati keadaan, kita pun hanyut dalam keadaan sehingga waktu terasa berlalu lebih cepat. Meskipun di rumah saja, ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan, misalnya berolahraga, membaca buku, ataupun berkarya. Ketika biasanya masing-masing sibuk dengan aktivitasnya, saat-saat seperti ini juga dapat dimanfaatkan untuk berkumpul dan berbincang bersama keluarga.

Terakhir ialah mengambil bagian untuk berkontribusi. Rasa empati dalam diri dapat disalurkan dengan berbagi pada mereka yang terdampak oleh wabah. Jika berbagi ketika kita sedang dalam masa berkecukupan adalah hal yang biasa, berbagi ketika pas-pasan akan menjadi hal yang luar biasa. Dengan berbagi, tubuh akan memproduksi hormon positif yang membuat kita menjadi bahagia.

Cara-cara ini dirujuk dari tiga cara hidup bahagia menurut Martin Seligman pada buku yang sama. Tiga cara tersebut yaitu life of enjoyment, life of engagement, dan life of contribution yang diterjemahkan menjadi tiga cara di atas.

Webminar ini merupakan webminar keempat belas dari rangkaian webminar yang diselenggarakan oleh Pusat Inovasi Pengajaran dan Pembelajaran (PIPP) Direktorat Pendidikan dan Internasionalisasi (Unpad) melalui unit layanannya layanan e-learning, Learn in Virtual Environment (LiVE). Batch 1 webminarnya dilaksanakan mulai 7 April hingga 31 Mei 2020. Narasumber dari rangkaian webminar ini didominasi oleh civitas akademika Unpad dari fakultas yang berbeda-beda. Topik bahasan setiap webminarnya ialah tentang menghadapi wabah Covid-19 dalam disiplin ilmu tertentu.