Komunitas Jendela Jogja: Dari Pengobat Trauma Bencana Sampai Mengenalkan Buku Kepada Anak-Anak

 

Anggota Komunitas Jendela Jogja bersama anak-anak di salah satu desa binaan yang berada di Bantul. Sumber foto: https://komunitasjendela.org/

Oleh: Nadia Utama

Terbentuk pada 12 Maret  2011,  Komunitas Jendela Jogja hadir sebagai program pengobatan trauma anak akibat bencana gunung Merapi yang terjadi pada tahun yang sama. Mereka lalu berkembang mengenalkan buku sebagai sahabat generasi muda lewat berbagai kegiatan, termasuk membuka perpustakaan gratis bagi anak.

Selama 7 tahun Komunitas Jendela Jogja selalu aktif dalam memperkenalkan buku sebagai jendela ilmu pengetahuan kepada anak-anak lewat berbagai program perpustakaan. Di antaranya perpustakaan gratis di sekretariat Jalan Selokan Mataram, mobile library di RuBaku, mobile library di Ambarketawang, mobile library di Kali Code, mobile library dibawah Flyover Lempuyangan, desa binaan Sapen, dan desa binaan Turgo.

“Kami dibentuk oleh sekumpulan mahasiswa dengan tujuan mengobati trauma anak-anak akibat bencana merapi,” kata Uwiek koordinator divisi relawan (31/03). Komunitas Jendela Jogja hadir pada saat itu dengan membawa program pertama yaitu perpustakaan ramah anak di Shelter Merapi Gondang 1 sebagai bentuk pengobatan dari trauma bencana gunung Merapi 2011 silam.

Salah satu kegiatan anak-anak di perpustakaan gratis Jendela Jogja.

“Kami biasanya membuka perpustakaan di sekretariat Jalan Selokan Mataram ini dari jam tiga sampai jam lima sore. Anak-anak kami bebaskan untuk melakukan kegiatan apapun di sini,” kata Anam, Koordinator Umum Komunitas Jendela Jogja periode 2018-2019. Anam  juga menjelaskan bahwa anak-anak sudah sangat akrab dengan teman-teman relawan sehingga tak jarang banyak dari mereka yang tak sungkan untuk bermain dan belajar di perpustakaan gratis ini.

Buku-buku yang tersedia di perpustakaan gratis sekretariat Jalan Selokan Mataram bukan saja merupakan buku-buku pelajaran yang bisa didapatkan di sekolah, tapi juga novel fiksi, komik, dan buku cerita lainnya.

“Kami ingin memperkenalkan kepada anak-anak bahwa ilmu itu bukan hanya bisa didapat dari buku-buku sekolah, tapi bisa juga didapatkan dari buku-buku cerita, dan lain-lain,” kata Anam. Selain bisa dibaca di tempat, anak-anak diajarkan untuk mengisi daftar peminjaman apabila ingin meminjam buku yang akan dibaca.

Anak-anak juga diajarkan untuk selalu menjaga kerapihan perpustakan seperti: meletakkan kembali buku setelah dibaca, merapikan kembali alat tulis setelah digunakan, dan menjaga kebersihan perpustakaan.

Selain memperkenalkan buku sebagai “teman bermain” untuk mengisi waktu luang, relawan Jendela Jogja tak jarang pula membantu anak-anak dalam mengerjakan pekerjaan rumah “Tak jarang anak-anak meminta tolong pada kami dalam mengerjakan pekerjaan rumah mereka,” kata Teguh salah satu relawan komunitas Jendela Jogja.

Perpustakaan gratis yang terletak di sekretariat Komunitas Jendela Jogja Jalan Selokan Mataram (31/3/2018)

Komunitas yang memiliki 100 anggota ini, juga memiliki tantangan tersendiri dalam menjalankan kegiatan, salah satunya tantangan dalam menghadapi anak-anak. “Kesulitan mungkin ketika harus menasihati mereka (anak-anak) dalam hal kecil, misalnya merapikan buku setelah dibaca. Dan karena cara berpikir anak-anak itu unik, jadi itu merupakan tantangan juga bagi kami,” kata Uwiek

Selain menemui tantangan, Uwiek yang telah menjadi anggota komunitas Jendela Jogja sejak 2016 juga mengaku banyak pelajaran yang bisa ia ambil dari menjadi bagian dari komunitas ini. “Banyak sekali pelajaran yang bisa kami ambil. Bukan cuma anak-anak yang banyak belajar dari komunitas, tapi kami juga belajar banyak dari mereka,” kata Uwiek.

Tidak hanya mengadakan kegiatan yang berfokus pada anak-anak, Jendela Jogja juga mengadakan kegiatan untuk mengembangkan program perpustakaan. Salah satunya dengan mengadakan kegiatan dana usaha (danus).

“Divisi danus memiliki program andalan yaitu take me out, yaitu program menjemput barang donasi,” kata Anam. Program ini bertujuan menjemput barang donasi seperti buku, mainan, atau alat tulis, sehingga donator yang ingin mendonasikan barang mereka tak perlu repot membawa barang donasi ke sekretariat Jendela Jogja.

Di bawah pimpinan Anam sebagai ketua Jendela Jogja 2018, Jendela Joga terus konsisten untuk mengenalkan buku-buku sebagai “teman bermain” bagi anak-anak.

Beberapa program yang hadir dalam waktu setahun ke depan di antaranya adalah dua desa binaan aktif yaitu terletak di kabupaten Bantul dan Sleman, berbagai program perpustakaan gratis, dan mengkomodasi sirkulasi buku di tiga tempat baru yaitu di Sleman, Bantul, dan Gunung Kidul.