oleh AW Soekardi
Pemerintah DIY melalui Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi DIY resmi menunjuk PT Anindya Mitra Internasional sebagai operator Trans Jogja menggantikan PT Jogja Tugu Trans. Selama satu tahun, PT AMI bertanggung jawab atas pengoperasian 74 armada Trans Jogja dan perbaikan sistem pelayanan.
Penunjukan PT AMI sebagai operator sementara mengacu pada SK Gubernur No. 384/Kep/2015 tentang penugasan BUMD. Hal ini dilakukan Pemda sebagai langkah cepat untuk mengantisipasi kekosongan operator Trans Jogja pasca berakhirnya kontrak Pemda dengan PT JTT.
“Kontrak dengan PT JTT habis akhir tahun 2015, tidak diperpanjang. Per 1 Januari 2016 memang PT AMI ditugaskan sebagai operator Trans Jogja selama masa transisi satu tahun. Ditugaskan artinya tidak melalui mekanisme lelang, tapi penunjukkan langsung,” kata Sigit Wahyu, Kepala Bagian Pengoperasian, Unit Pelaksana Teknis Trans Jogja di Dishubkominfo Provinsi DIY.
Terkait pengoperasian, tidak ada target khusus dari UPT Trans Jogja kepada PT AMI, namun, pihaknya tetap melaksanakan pengawasan terkait Standar Pelayanan Minimal (SPM). Artinya, operator baru wajib untuk menjaga dan membenahi sistem pelayanan dan operasi Trans Jogja. PT AMI sendiri mengaku siap untuk memenuhi tugasnya.
“Sampai sejauh ini kami sudah melakukan upaya perbaikan sistem pelayanan. Salah satunya dengan memasang kartu identitas awak bus di setiap armada. Ini untuk memfasilitasi penumpang jika ada keluhan terkait supir bus yang ugal-ugalan dan lain sebagainya,” kata Gunawan Wibisono, staf bidang transportasi PT AMI.
Perihal armada, PT AMI masih mempertimbangkan untuk pengadaan bus baru. Hal ini terkait rencana hibah 25 unit bus dari Kementerian Perhubungan. Pihaknya juga belum berencana untuk menarik armada Trans Jogja generasi pertama yang sering dinilai tidak layak jalan.
“Kami memilih untuk melakukan rekondisi terhadap armada Trans Jogja. Pengadaan bus baru belum ada karena membutuhkan waktu yang lama, sedangkan kami ditugaskan satu tahun. Apalagi ada wacana untuk mendirikan institusi baru khusus Trans Jogja. Kalau ‘mengandangkan’ bus lama, kami juga belum bisa, apabila kami lakukan, tentu akan berdampak pada kurangnya armada untuk melayani penumpang,” kata Gunawan.
Saat ini, PT AMI mengoperasikan 74 armada Trans Jogja bekerja sama dengan PT JTT sebagai pemilik mayoritas armada.
“Kerja sama ini harus kami lakukan, hal ini terkait kepemilikan armada. Dari 74 armada, PT AMI hanya memiliki 20 armada, sedangkan sisanya masih dimiliki oleh PT JTT,” kata Gunawan lagi.
PT AMI juga berencana untuk mengganti logo bus Trans Jogja dengan jargon “Belum Jogja, Kalau Belum Naik Trans Jogja” sebagai upaya untuk menarik minat masyarakat terhadap Trans Jogja yang rencananya akan menambah 17 koridor baru.
Terkait dengan pelayanan pasca transisi operator, penumpang belum merasakan dampak yang signifikan. Hal ini di ungkapkan Dhea, seorang siswi yang sudah 5 tahun menjadi pelanggan Trans Jogja.
“Belum ada dampak signifikan, kondisi interior bus seperti AC dan kursi kadang tidak memadai. Halte juga terlalu kecil. Tapi supir bus sekarang lebih halus, mungkin takut dilaporkan karena sekarang penumpang bisa tahu nama supirnya,” katanya.
Sejauh ini, upaya perbaikan operasional Trans Jogja masih terus dilakukan. Evaluasi terhadap operator juga rutin dilaksanakan pihak berwenang. Hal ini dilakukan PT AMI agar masyarakat semakin antusias dengan kehadiran Trans Jogja sebagai pilihan alat transportasi publik yang murah dan layak dipertimbangkan. [Weni Tri Arfiyani]