5 Tempat Makan Vegan di Yogyakarta

Menjadi seorang vegan bukan hanya gaya hidup, tetapi bisa menjadi pilihan hidup. (sumber: hellosehat.com)

Oleh: Khoirunnisa Aulia Suryaningrum

Gaya hidup vegetarian dan vegan saat ini semakin dipandang positif oleh warga Indonesia. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya permintaan terhadap bahan pangan non hewani organik dan prediksi bahwa bisnis restoran berbasis bahan pangan nabati akan semakin berkembang pada tahun 2018.

Pada dasarnya, terdapat perbedaan pada gaya hidup vegetarian dan vegan. Seorang vegetarian tidak mengonsumsi daging, ikan, atau unggas, tetapi ia masih mengonsumsi produk hewani lain seperti susu, telur, keju, yoghurt, dan sebagainya. Hal ini berbeda dengan seorang vegan yang menghilangkan semua produk hewani. Ia pun menolak pakaian ataupun produk lain yang terbuat dari hewan seperti kulit, wol, sutera.

Di Yogyakarta terdapat berbagai restoran vegan, lima diantaranya adalah:

1. Loving Hut

“Loving Hut cukup cepat dalam penyajiannya dan rasa makanannya pun enak.” ujar Eva Aprillya (27/11), salah satu pelanggan Loving Hut.
Loving Hut didirikan dengan visi agar semua makhluk, baik manusia, hewan, dan alam dapat hidup seirama dalam damai, kasih, dan harmoni.
Pelayanan Loving Hut termasuk cepat karena pesanan datang kurang lebih 5 menit sejak dipesan.

Loving Hut merupakan jaringan restoran vegan yang tersebar di berbagai kota di Indonesia, salah satunya di Yogyakarta. Loving Hut Yogyakarta memiliki tiga cabang yang ada di Jalan Moses Gatotkaca No. A 18 Mrican, Gejayan, Jalan Kemetiran Kidul No. 1 (depan Hotel Ibis Style) Jogonegaran, dan Jalan Demangan Baru No. 16 KAV 1 (sebelah Hakata Ikkousha).

Loving Hut hadir dengan makanan yang diolah dari kedelai dan jamur, dengan perasa non MSG, bebas dari telur dan susu, serta menggunakan beras putih dan beras merah organik. Dengan kisaran harga Rp9.000 – Rp33.000 pelanggan dapat menikmati makanan sehat dan organik dari Loving Hut.

Ciri khas dari Loving Hut terletak pada desain interiornya yang memancarkan atmosfer anggun, murni, dan cerah yang diharapkan dapat memberikan perasaan kepada pelanggan yang singgah. Selain itu, Loving Hut mengundang pelanggan untuk mencicipi cita rasa internasional seperti Japanese, Western, Chinese, Thailand, dan Vietnamese.

2. Fortunate Coffee

Ciri khas utama Fortunate Coffee yakni memiliki jam kebahagiaan atau sebuah jam yang angka-angkanya diganti dengan kata-kata kebahagiaan dengan harapan setiap pelanggan Fortunate Coffee bisa terus berpikir positif.
Roti produksi Fortunate Coffee bebas susu, telur, dan butter. Pembuatannya pun dikembangkan secara alami selama 18 jam.
Kopi di Fortunate Coffee disajikan dengan manual brew. Sedangkan roasting kopi bertipe light to medium dengan tujuan menghasilkan kopi yang masih sehat dan dapat membantu proses metabolisme.
Pelanggan Fortunate Coffee terdiri atas anak kuliahan hingga orang tua serta orang asing. Sekitar 80% pelanggan Fortunate Coffee merupakan orang asing mengingat lokasinya yang dekat dengan Malioboro.

Fortunate Coffee Jogja adalah kafe organik yang menyediakan kopi, roti, dan makanan vegan. Terletak di Jalan Jogonegaran No. 49 E Yogyakarta membuat pelanggan Fortunate Coffee kebanyakan terdiri atas orang asing yang sedang berkunjung ke daerah Malioboro. Harga yang ditawarkan oleh Fortunate Coffee berkisar antara Rp20.000 – Rp80.000. Pelanggan yang datang pun bisa dipastikan memeroleh makanan yang fresh karena makanan disiapkan saat dipesan.

Egan, salah satu pengunjung Fortunate Coffee menyatakan, “Fortunate Coffee menawarkan tempat yang cozy dan cukup tenang sehingga cocok untuk mengerjakan tugas ataupun pekerjaan. Kualitas makanannya juga cukup tinggi. Meski harganya menengah ke atas, tapi cukup worthed. Oh ya, jangan lupa bawa KTM untuk mendapatkan diskon.”

3. Veganissimo

Veganissimo memiliki ciri khas identik dengan nasi sayur, dimana setiap harinya ada menu khas yang berbeda-beda. Menu yang ditawarkan bisa dipastikan bebas telur, susu, dan bawang.

Tempat makan vegan berikutnya adalah Veganissimo yang terletak di Wisata Kuliner Pringwulung, Jalan Manggis, Nologaten. Dibandingkan dengan yang lain, harga yang ditawarkan Veganissimo cukup terjangkau karena berkisar antara Rp10.000 – Rp20.000.

Tomy, pemilik Veganissimo, menyampaikan “Cita rasa yang ditawarkan oleh Veganissimo agak berbeda karena pengelolaannya masih dilakukan oleh pemilik dan kebetulan, istri saya pernah les koki khusus untuk vegan.” Tomy pun menambahkan jika konsep Veganissimo mirip dengan Rumah Makan Kehidupan di Bandung dari segi menu.

Devina, pelanggan setia Veganissimo, mengaku menyukai cita rasa Veganissimo yang khas meskipun tidak menggunakan bawang. Menurutnya, citra rasa Veganissimo sangat chinese food.

4. Soma Yoga

“Makanannya enak. Konsepnya bagus dan saya senang dengan suasananya. Tenang dan sangat Yogyakarta.” ujar Fikri, pelanggan Soma Yoga, (5/12) lalu.
Salah satu sudut di Soma Yoga yang sangat Yogyakarta.
Selama 10 tahun berdiri, Soma Yoga berusaha terus menjangkau pelanggan dari semua golongan dan usia.

Hadir dengan konsep Jawa, baik dari segi masakan maupun tempat, membuat Soma Yoga menjadi tempat makan paket komplit. Desain bangunannya berupa rumah adat Jawa limasan yang didominasi kayu dan aksesoris tradisional. Lokasinya pun dekat dengan persawahan sehingga suasana yang ditawarkan sangat Yogyakarta.

Dari segi masakan, Soma Yoga menawarkan makanan yang bebas bawang, MSG, telur, madu, susu, dan frozen food. Makanan yang disajikan pun merupakan produk hasil olahan sendiri.

Pelanggan Soma Yoga tidak hanya terbatas pada masyarakat Yogyakarta, tetapi mencakup orang asing, para biksu, hingga pihak tour and travel. Soal harga, makanan di Soma Yoga berkisar antara Rp7.000 hingga Rp27.500.

5. Milas

Milas memiliki pelayanan yang cukup baik dimana pelanggan yang datang akan diberi free appetizer dan air putih sambil menunggu makanan yang dipesan datang.
Milas memang salah satu tempat makan vegetarian, tetapi tidak menutup kemungkinan pelanggan bisa meminta makanan disajikan untuk seorang vegan.
Konsep Milas secara keseluruhan perlu diapresiasi. Apalagi harga yang ditawarkan Milas sesuai dengan kualitas makanan, servis, dan lokasinya.

“Spirit yang dibawa oleh Milas sebagai restoran vegetarian sangat selaras. Dimana untuk menjadi vegetarian tidak hanya tubuh kita yang perlu dijaga, tetapi juga lingkungan kita. Itulah etikanya.” ujar Dian, seorang vegetarian.

Dian pun menambahkan bahwa ia menyukai konsep dari Milas. “Milas kan kayak ada sekolahnya juga, dimana anak-anak dibebaskan bereksperimen dan diajarkan macem-macem, termasuk bercocok tanam. Kemudian, bahan yang digunakan oleh Milas juga dari petani lokal. Begitu pun dengan barang-barang yang dijual. Semuanya ramah lingkungan dan buatan lokal. Menurutku, restoran ini tidak hanya memikirkan profit tapi juga bagaimana mengelola sumber dayanya dan memikirkan apa yang sekiranya bisa diberikan kepada masyarakat.”

Makanan yang disajikan oleh Milas berasal dari bahan-bahan yang fresh, baik sayurannya, tempenya, kacangnya, maupun jamurnya. Dari segi konsep tempat, Milas dibuat sedemikian rupa menyerupai rumah dengan taman. Banyak pepohonan rindang yang membuat Milas menjadi sejuk dan ketika malam, pelanggan akan ditemani cahaya lilin.