Alat Kopi Buatan Seniman asal Yogyakarta

Oleh: Eden Anugrah Hyang

 

Coffeewae adalah nama yang diusung oleh Noor Asif, seorang seniman alumunium yang membuat alat kopi custom dengan fungsi menyerupai mesin kopi buatan pabrik. Bersama dengan studio yang berlokasi di Tempuran, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Asif juga membuka kedai sehingga para pengunjung bisa melihat langsung penggunaan alat-alat buatannya.

Noor Asif adalah seorang  seniman yang memiliki hobi bersepeda. Karyanya berawal dari kesenangannya terhadap material alumunium yang tidak beraroma. Ia melihat material ini potensial untuk dibuat menjadi alat seduh kopi. Awalnya ia membuat hanya untuk memfasilitasi kebiasaannya sendiri yang senang menikmati kopi seduh manual.  Kreasi pertamanya adalah kettle leher angsa yang merupakan desain khusus untuk menyeduh kopi dengan metode pour over.

Noor Asif, seniman pendiri Coffeewae ketika sedang bekerja di kedainya. Sumber akun Instagram @coffeewae_jogja

Hasil dari karya pertamanya ini sangat memuaskan. Ia bisa membuat kettle yang biasanya harus ditebus dengan harga diatas 500 ribu dengan modal hanya sekitar 100 ribu saja. Ia pun memperoleh respon baik dari kawan-kawannya yang juga suka menyeduh kopi. Dari situ ia mulai mendapat permintaan pembuatan custom, mulai dari ukuran kettle yang kecil, sekitar 100ml hingga 250ml untuk dibawa bepergian, hingga kapasitas besar dari 600ml hingga 1 liter untuk digunakan di kedai kopi.

Begitulah awal Asif merintis brand alat kopi customnya di tahun 2015. Ia melewati banyak tahap modifikasi dan improvisasi dengan alat kopi untuk berbagai metode. Pada 2017, Asif membuat pencapaian besar dengan inovasi alat pembuat espresso yang juga sekaligus bisa untuk frothing. Espresso adalah produk dasar untuk kedai kopi dan biasanya kedua fungsi ini diperoleh dengan satu mesin kopi seharga mulai dari 30 juta. Alat pembuat espresso buatan Coffewae ini tentu berbeda karena menggunakan metode manual. Alat yang memiliki fungsi serupa dengan mesin kopi ini diberi nama “Black Answered”.

Black Answered karya Coffeewae yang diunggah oleh salah satu pelanggan dan direpost oleh akun Instagram @coffeewae.brewinggear

Black Answered buatan Coffeewae ini telah teruji kebolehannya dengan dipercayanyanya alat ini untuk dipakai di berbagai kedai kopi yang tersebar di seluruh Indonesia, bahkan Malaysia. Alat ini sering juga dibawa berkeliling Indonesia untuk workshop dan demo alat. Di Yogyakarta, alat ini pernah didemonstrasikan pada saat event Thousand Cups from Jogja 2017. Alat ini coba digunakan untuk membuat Latte Art oleh Johni D’Roadrunner, juara Latte Art Championship 2014&2015 dan berhasil dengan sempurna.

Noor Asif, melalui instagram resmi @coffeewae_jogja menyatakan bahwa semua alat yang dirancang di Coffeewae telah melalui proses perhitungan dan perencanaan yang matang. Ketika pembuatan pun perlu dihitung lagi secara manual satu persatu. Maka pemesanan barang-barang di Coffeewae membutuhkan waktu pengerjaan yang tidak sebentar.

Maulana, seorang pemilik kedai kopi di Jepara menegaskan kualitas alat buatan Coffeewae. “Saya memakai milk steamer buatan Coffeewae yang saya pesan custom. Performanya tidak kalah dengan alat buatan pabrik. Saya lebih suka ini, mendukung industri lokal.” ujar pemilik kedai Laptigho Coffee ini.

Asif menjelaskan bahwa pembeli dan calon pembeli alat-alat kopi buatannya kebanyakan datang langsung ke Coffeewae. “Mereka datang lalu mengobrol dan menjadi teman. Kopi menjadi media yang mempersatukan” ujar Asif.

Studio sekaligus kedai kopi Coffeewae di Tamantirto, Bantul, bukan tempat yang bisa ditemukan dengan mudah. Jalan menuju ke sana melewati perkampungan, sawah dan jalan-jalan kecil. Warung ini terletak tepat di tepi mata air dan sungai. Kata Asif, konon mata air ini digunakan untuk mengisi kolam renang keraton Ambarbinangun, walaupun sekarang tidak lagi. Mata air ini juga masih aktif dan sering digunakan oleh warga.  Keberadaan mata air ini pun membuat area sekitar Coffeewae dikelilingi pagar hijau pepohonan yang rimbun.

“Tempat ini sering dipakai untuk berkumpul, berdiskusi, istilah saya, orang-orang itu angon ide di sini” ujar Asif saat ditemui di Coffeewae (10/3/2018). Area yang disediakan di kedai kopi Coffeewae cukup beragam. Terdapat lantai dasar yang berkonsep semi-outdoor dengan interior khas ruang tamu rumah-rumah di Jawa, lalu lantai atas yang tempat duduknya berupa bean bag dan hammock.

Kedai kopi dan studio Coffeewae ini dibuka untuk umum setiap hari pukul 10.00 hingga 22.00. Asif sengaja tidak memberi plang petunjuk arah di jalan-jalan menuju Coffeewae, walaupun rute yang dilalui cukup rumit, melalui jalanan desa dan persawahan. Ini supaya jadi hal yang menantang bagi pengunjung untuk mencari arah melalui Google Maps saja.

(Editor: Kurnia Putri Utomo/ *)