Flying Fox Green Village Gedangsari Siap Dinikmati Wisatawan

Proses pembuatan flying fox terpanjang di Asia Tenggara di kawasan Ekowisata Green Village, Desa Mertelu, Kecamatan Gedangsari yang dimulai sejak Desember lalu akhirnya selesai pembuatannya pada 10 Januari 2017. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul telah melakukan soft opening dari puncak Green Village Gedangsari, kini wahana permainan ini sudah dapat dinikmati publik.

Flying fox yang berada di puncak Green Village Gedangsari

Penambahan arena uji nyali ini merupakan bagian dari upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DIY untuk memberdayakan potensi yang ada di Gedangsari, termasuk memberdayakan masyarakat untuk mengurangi tingkat kemiskinan yang ada dapat dikurangi.

Wakil Bupati Gunungkidul, Immawan Wahyudi mengatakan dirinya, antusias dengan program pengentasan kemiskinan di Gedangsari yang dilakukan oleh Pemprov DIY. Wahana ini, kata dia, dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki kawasan ekowisata di Mertelu yang saat ini mulai dikenal oleh masyarakat luas.

“Fasilitas ini sebagai pelengkap. Dengan flying fox, wisatawan tidak hanya memandang keindahan alam, tapi juga bisa melakukan uji nyali dengan mencoba wahana itu,” kata Immawan, seperti dikutip dari Harianjogja.com, Senin (26/12/2016).

Pejabat Sekretaris Daerah Gunungkidul Supartono mengatakan, pihaknya meminta agar pihak desa di Gedangsari segera membentuk BUMDes untuk pengelolaan ekowisata. Menurut dia, keberadaan unit usaha ini selain untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki, juga untuk meminimalisir potensi konflik yang muncul di tengah-tengah masyarakat.

Menurut Supartono, adanya program ini harus benar-benar dimaksimalkan oleh masyakarat sekitar dan jangan sampai malah memicu konflik baru antar masyarakat. “Untuk itu kami minta ada BUMDes sehingga pelaksanaannya lebih tertata dan mudah dikontrol sehingga masyarakat tidak berjalan sendiri-sendiri,” ujar pejabat yang merangkap sebagai Kepala DPPKAD ini.

Flying fox dengan panjang 625 meter ini mengalahkan flying fox di Pacitan yang memiliki panjang 450 meter. Kecepatan luncur diperkirakan dapat mencapai 80 km/jam. Oleh karena itu, faktor keselamatan menjadi perhatian utama.

“Teknologi yang digunakan menggunakan sama dengan yang ada di Perancis. Sementara itu untuk tali pengaman didatangkan langsung dari Inggris, jadi semua menggunakan standar Internasional,” jelas Tugiman, Kepala Desa Mertelu. Selain itu, bagi wisatawan yang memiliki riwayat penyakit jantung juga tidak diperbolehkan untuk mencobanya. Nantinya juga akan dipasang penangkal petir di atas menara luncur.

Adanya flying fox tentu saja semakin melengkapi hiburan yang disajikan Ekowisata Green Village Gedangsari. Wisatawan tidak hanya berburu spot foto tapi juga bisa menguji adrenalin. Wahana utama yang coba disuguhkan adalah keindahan Kabupaten Gunungkidul dan Katen dilihat dari puncak. Waktu terbaik berkunjung ke tempat ini adalah saat senja, dengan pengunjung bisa menatap indahnya matahari tenggelam.
Akses ke sana cukup mudah dijangkau dari semua arah. Jika dari Klaten melalui Wedi ke arah selatan lewat jalur Dusun Watugajah. Sedangkan jika dari Timur (Bayat), melewati Kecamatan Bayat ke selatan lewat Desa Tegalrejo dan setelah itu ke arah barat lewat Guyangan Lor. Apabila berangkat dari Yogya ada dua jalur alternatif menuju Green Village Gedangsari ini. Pertama melalui jalan utama Jogja-Wonosari. Dan yang kedua lewat jalan Solo-Klaten dan belok kiri arah Wedi. Wisatawan perlu hati-hati saat menuju puncak, karena jalannya cukup sempit dan menanjak.