Ricuk: Perpaduan Rica Pedas dengan Pincuk Daun Pisang yang Berbuah Manis

Ricuk buka di Jl. Diponegoro No. 71 setiap hari Rabu sampai Senin mulai jam 5 sore hingga tengah malam (8/9)

Oleh: Muhammad Cyril Al Fibran

Mencampuradukkan makanan dari daerah berbeda merupakan sebuah tindakan berani. Ricuk hadir dengan konsep cross-culture uniknya yang mengangkat dua kepribadian makanan dari dua daerah, Manado dan Blitar, yang anehnya mampu diterima oleh penikmat kuliner di Yogyakarta.

Memulai bisnisnya secara coba-coba, Ricuk (singkatan dari “Rica Pincuk”) memulai segalanya dari selasar sebuah toko agen travel yang sudah tutup di Jalan Diponegoro. Berawal dari membuka stan di salah satu lomba burung, tidak disangka rica-ricanya yang merupakan resep keluarga ini mendapat beragam respon positif.

Ricuk melalui instagram lebih aktif dalam membagikan momen melalui fitur instastory

Mulai dari situ, Bram selaku pemilik dan pencetus ide rica pincuk memberanikan diri untuk mengenalkan masyarakat pada masakan cross-culture ini.

Ricuk merupakan masakan baru yang diciptakan berkat ide brilian Bram. “Orang tua saya memiliki darah Manado, Ibu di rumah sering memasak rica-rica buat makan sehari-hari. Saya sendiri berasal dari Blitar yang terkenal dengan pecelnya yang dipincuk. Kemudian saya kepikiran untuk menggabungkan dua budaya ini dalam satu piring,” kata Bram (8/9).

Papan menu Ricuk yang dilukis sendiri oleh Abel. Terdapat berbagai varian menu rica-rica dan minuman beserta harganya. Salah satu minuman yang paling diminati adalah es jadul (8/9)

Warung yang mulai berjualan sejak Mei 2018 ini kini telah memiliki tempat berjualannya sendiri, tidak jauh dari tempat awalnya. Berbagai bagian dari ayam dijadikan varian menu dari ricuk.

“Di sini yang paling favorit pastinya rica ayamnya, kulit kriuk, dan nasi bakar yang berbeda dari nasi bakar lainnya yang paling cepat habis,” kata Abel yang bertugas mengambil lauk dan menyajikannya kepada pembeli (8/9).

Satu pincuk rica-rica ini sudah bisa dinikmati mulai Rp 13.000 (8/9).

Ramah tamah bisa dikatakan sebagai jualan utama mereka selain rica-rica. “Di sini masakannya enak, pedes saya suka. Tapi saya datang kembali ke ricuk ini karena pelayanannya yang ramah dan penjualnya yang lucu,” kata Findya yang merupakan pelanggan setia ricuk (8/9).

Uniknya lagi, terdapat satu pengeras suara di luar warungnya beserta mikropon yang biasa digunakan Abel untuk bernyanyi menghibur pembeli.

“Dulu saya bernyanyi dari satu tempat ke tempat lain, lalu ibunya Bram punya pengeras suara di rumah tapi jarang digunakan. Jadinya dibawa ke sini saja.”, ujar Abel (8/9). Bram juga mengakui keberadaan pengeras suara ini membantu usahanya untuk menarik perhatian pembeli. “Sampai viral gara-gara pengeras suara ini.”, tambah Bram (8/9).

Bernyanyi menjadi salah satu cara Abel untuk menghilangkan kejenuhan saat menunggui lapaknya (8/9)

Seorang pembeli, Salsa, mengatakan bahwa dirinya terhibur dengan keberadaan musik tersebut. “Di sini seru, bisa makan enak dan murah sambil nyanyi bersama mas Abel,” tambahnya (8/9).