Coin A Chance: Koin untuk Pendidikan yang Lebih Baik

 

Relawan CAC Jogja menghitung jumlah koin yang mereka dapatkan dari hasil Coin Collecting Day dan celengan dropzone. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap bulan. Sumber: CAC Jogja

Oleh: Hutri Cika Agustina Berutu

Berdiri sejak Desember 2008, komunitas Coin A Chance (CAC) Jogja berusaha membantu anak-anak yang kurang mampu di tingkat SD, SMP, dan SMA untuk tetap bersekolah. Penggalangan dana dilakukan dengan mengumpulkan koin dari siapa saja yang ingin membantu. Saat ini, CAC Jogja sudah memiliki sekretariat resmi yang beralamat di Jurugsari IV, No.9, Sinduadi, Mlati, Sleman.

Ketiga pendiri CAC Jogja, Alluisius Hartanto, Karlina Denistia, dan Yosephus Ardean, melaksanakan program pertamanya pada awal tahun 2009 yang disebut dengan Coin Collecting Day (CCD). Kegiatan ini dilakukan di Sunday Morning dan menghasilkan koin sejumlah Rp 100.000,- Untuk menambah dana, para pendiri CAC Jogja menetapkan iuran bagi anggotanya, saat itu masih mereka bertiga.

Ketiganya juga menemukan seorang donatur, yaitu orangtua dari salah satu pendiri CAC Jogja. Setelah merasa biaya yang dikumpulkan sudah cukup, mereka pun mengangkat seorang adik asuh, yaitu Dewa, seorang anak yang saat itu duduk di bangku SD.

Sejak Dewa diangkat, beberapa mahasiswa mulai tertarik untuk bergabung dengan CAC Jogja. Komunitas ini bahkan pernah mengumpulkan koin hingga Rp 8.000.000, melalui CCD.

Untuk melancarkan CCD, CAC Jogja bekerja sama dengan Dropzone, yaitu tempat CAC Jogja menitipkan celengan untuk diisi dengan uang logam. Saat ini, terdapat 30 Dropzone yang tersebar di seluruh wilayah Yogyakarta, beberapa di antaranya adalah Kedai Kopi Jakal, ECC UGM, Swift English, Gudeg Net, dan sebagainya.

“Mungkin uang logam kurang berharga bagi sebagian orang. CAC akan mengumpulkan dan menukarkan koin-koin itu menjadi sebuah kesempatan pendidikan untuk adik-adik asuh yang memiliki keinginan bersekolah,” kata Yusril Mahendra, salah satu pengurus CAC Jogja.

Tidak hanya bekerja sama dengan Dropzone, CAC Jogja juga pernah mengadakan kerjasama dengan komunitas lain di Yogyakarta. Kerjasama tersebut dilakukan untuk mengembangkan potensi adik asuh di berbagai bidang. Salah satunya adalah kerjasama dengan Komunitas Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI). Dalam kerjasama tersebut, anggota KOPHI mengajarkan adik-adik asuh CAC Jogja tentang cara menanam tanaman hidroponik.

Selain itu, komunitas yang banyak beranggotakan mahasiswa ini juga memiliki kegiatan rutin tahunan, yaitu Voluntary Building dan Piknik Koin. Voluntary Building bertujuan untuk memberi gambaran rinci tentang CAC kepada relawan baru, sementara Piknik Koin digunakan sebagai ajang rekreasi, edukasi, dan keakraban antara adik asuh dengan relawan CAC Yogyakarta.

Kelas Mimpi merupakan salah satu program CAC Jogja. Dalam kegiatan ini, seluruh adik asuh dapat berdiskusi dengan para relawan CAC Jogja tentang impian mereka di masa depan. Sumber: Campredo Dellaconcenta

 

Tidak hanya berhenti di sana, CAC Jogja juga membentuk Kelas Mimpi sebagai wadah diskusi antara seluruh relawan CAC dan adik-adik asuh tentang impian mereka di masa depan. Selain itu, ada juga Kelas Karya sebagai tempat di mana seluruh adik asuh diajari untuk mengembangkan kreativitas mereka dalam berbagai bidang, baik bidang kesenian, pertanian, dan sebagainya.

Hingga tahun 2016, adik asuh CAC  Jogja berjumlah 36 anak yang duduk di bangku SD hingga SMA. Seluruh adik asuh tersebut ditentukan oleh sekolah yang diajak bekerja sama oleh CAC Jogja. Kriteria untuk menjadi adik asuh adalah siswa kurang mampu dan memperoleh peringkat 10 besar.

Seperti diberitakan dalam Majalah Balkon UGM edisi 51, besaran beasiswa yang diberikan kepada seluruh adik asuh disesuaikan dengan tingkat pendidikan yang ditempuh. Siswa SD memperoleh beasiswa sebesar Rp 250.000,-, siswa SMP sebesar Rp 500.000,- dan siswa SMA sebesar Rp 1.000.000,- per semester. Penyerahan hasil pengumpulan koin, atau disebut Coin Dropping, ini dilakukan setiap akhir semester.

Tantangan terbesar yang dihadapi CAC dalam mencapai tujuan adalah sulitnya menemukan relawan yang memiliki komitmen untuk meluangkan waktu dalam kegiatan-kegiatan CAC. Yusril, mantan ketua CAC Jogja, mengaku bahwa mereka telah merekrut banyak relawan, namun hanya sedikit yang bertahan.

Salah satu relawan CAC Jogja mendapingi dua adik asuh saat membuat sushi di Kelas Karya. Kelas ini dijadikan sebagai ajang pengembangan kreativitas adik asuh dalam berbagai bidang. Sumber: Campredo Dellaconcenta

(Artikel kurasi oleh Hutri Cika Agustina Berutu)