RAPI: Rumah Bimbingan Belajar Seru untuk Anak Kurang Mampu

Peserta didik dan pengajar RAPI di salah satu halaman rumah warga di Ringroad Barat. Tius (kiri), Nanda (Tengah), Galih (Kanan). (08/09/18)

Oleh: Akwilla Saraswati Sukmono

Untuk mewujudkan mimpi anak-anak kurang mampu di Yogyakarta, Lukas Srihastomo menggagas terbentuknya Rumah Anak Pintar Indonesia (RAPI).

Dimulai dari sebuah rumah di Ringroad Barat sejak 2013, RAPI kini sudah berkembang di 11 titik lokasi yang tersebar di DIY, antara lain Kampung Code, Terban, Ringroad Barat, Babarsari, hingga Pundong.

RAPI adalah rumah bimbingan belajar yang bersifat dinamis dalam mendampingi anak-anak dari keluarga kurang mampu. “Dinamis artinya kami tidak menggunakan kurikulum, melainkan metode seru, seperti games, dalam mendampingi anak-anak mengerjakan tugas sekolah mereka di mata pelajaran matematika, bahasa inggris, IPA, IPS, membaca, dan menulis dasar,” jelas Tius, koordinator wilayah sekaligus pengajar RAPI.

Anak-anak akan datang ke lokasi RAPI pada sore hari, dengan jadwal tiap lokasi yang berbeda-beda. Mereka akan membawa buku-buku PR dari sekolah, lalu pengajar akan mendampingi anak-anak secara bergilir dan membuat soal tambahan supaya mereka lebih paham.

“Dengan pembawaan para pengajar yang santai dan menyenangkan, sangat membantu anak-anak untuk menikmati kegiatan belajar tanpa rasa tertekan. Biasanya kami menggunakan intonasi bicara yang menarik, supaya mereka tidak bosan,” ungkap Galih, salah satu pengajar RAPI.

Tius menjelaskan bahwa kegiatan RAPI terbuka untuk anak-anak dari jenjang pendidikan PAUD hingga SMA. “Tetapi saat ini sudah jarang dihadiri oleh anak-anak dari jenjang pendidikan SMP dan SMA. Mereka memilih untuk bekerja, atau bahkan berhenti bersekolah formal untuk meringankan beban orang tua mereka,” tutur Tius kemudian.

Setelah dikelola oleh Lukas Srihastomo dan Arisdhianto Kuswardhono, selaku koordinator umum selama dua periode masa jabatan,  RAPI memiliki 6 program kerja besar. Meliputi program bimbingan belajar, bimbel prestasi, beasiswa, pertemuan orang tua anak, gathering anak, dan gathering pengajar.

Program Gathering Pengajar, salah satu program kerja RAPI (14/09/16).

Sebelum menjadi gerakan besar, kegiatan RAPI diawali oleh Lukas Srihastomo yang berhasil mengajak anak-anak jalanan di perempatan Ringroad Barat untuk belajar bersama setelah mereka selesai mengamen. Setelah beberapa bulan, mereka pun rutin belajar di halaman toko yang ada di perempatan Ringroad Barat.

Setelah 5 tahun, kini RAPI Ringroad Barat memiliki 13 anak didik, dari jenjang pendidikan PAUD hingga SMP, dan dilengkapi tiga orang pengajar yaitu Tius, Galih dari Teknik Mesin UGM 2015 ,dan Nanda dari Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma 2017. Kegiatan mereka diadakan setiap hari Sabtu pukul 15.30 hingga 17.30 WIB, di salah satu halaman rumah warga.

Sejumlah anak didik RAPI di Ringroad Barat (08/09/18).

“Saya sudah ada disini selama 3 tahun. Walaupun suka duka dilewatin dengan berat ,tapi mau tidak mau harus dilakukan supaya anak-anak disini mendapatkan pendidikan yang sama. Misalnya menjemput anak-anak dari ujung kampung karena mereka tidak mau datang kalau sendirian, dan menyesuaikan diri dan merangkul supaya anak-anak tidak mengumpul sendirian di pojokan karena takut dengan orang baru,” kata Tius.

“Selain menjemput anak satu-satu, yang membuat lelah adalah membagi diri dalam menemani anak-anak karena jumlah pengajar hanya sedikit,” imbuh Nanda, salah satu pengajar RAPI.

Walaupun melelahkan, mereka tetap rela memberi diri dan selalu memberikan penghargaan kepada tiap anak seusai melewati kegiatan belajar dengan baik. Mereka memberi snack dan makan besar untuk dibawa pulang.

Dalam perekrutan volunteer pengajar, RAPI menjalin kerjasama dengan Universitas Sanata Dharma, Universitas Atma Jaya, UGM, UNY, UKDW, UKRIM, dan STTII. Tetapi Arisdhianto, selaku koordinator umum RAPI, menambahkan bahwa siapapun dapat menjadi pengajar asalkan memiliki hati yang mau memperjuangkan hak anak dalam meraih pendidikan.

“Setiap anak berhak untuk diperjuangkan,” jelas Arisdhianto.