Banjir Yogya: Duka Warga Akibat Siklon Cempaka

Salah satu rumah warga di daerah Imogiri, Bantul rusak akibat banjir (30/11). Foto: Dokumentasi penulis.

Oleh: Alifah Mutia S

Siklon Cempaka dengan kecepatan 20-30 knot yang terjadi di perairan selatan Pulau Jawa mengakibatkan gelombang tinggi, hujan sangat lebat, dan angin kencang di 28  kabupaten/kota di Pulau Jawa dan Bali sejak 27 hingga 29 November 2017.

Daerah Istimewa Yogyakarta, Wonogiri, Pacitan dan Ponorogo terkena dampak paling parah karena berada paling dekat dengan Siklon Cempaka.

Hujan deras disertai angin kencang mengguyur wilayah Yogyakarta selama 36 jam sejak 27 hingga 29 November 2017. Hingga 3 Desember 2017, data yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY menyebutkan terdapat 131 titik kejadian pohon tumbang, 114 titik longsor, 110 titik banjir, dan 84 titik angin kencang. Daerah terparah yang terkena dampak dari peristiwa ini adalah Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul.

Peristiwa tersebut menyebabkan beberapa ruas jalan ambles, talud jebol, jembatan putus, kerusakan pada 95 rumah warga, jaringan PDAM, instalasi PLN, dan berbagai bagunan fasilitas umum seperti balai desa, fasilitas kesehatan dan sekolah. Jalur kereta api di kilometer 156+7/8 antara Maguwoharjo-Prambanan mengalami longsor. Sebuah pemakaman seluas 500 meter persegi rusak akibat banjir yang terjadi di Sungai Oya dan hanya menyisakan 12 makam yang masih utuh dari 300 makam yang ada.

Selain kerusakan infrastuktur, terjadi fenomena alam berupa tanah ambles (Sinhole) di tiga lokasi di Gunungkidul, yaitu di sekitar Telaga Boromo Trowono Karangasem Paliyan, di Ngondel Krambilsawit Saptosari, dan di sekitar permukiman warga Dusun Jambu Banjarejo Tanjungsari, serta kemunculan danau dadakan di Dusun Wediwutah, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Gunungkidul. Fenomena tersebut tidak berlangsung lama, sebab mulai Jumat (1/12/2017) hingga puncaknya pada hari Minggu (3/12/2017) air danau telah surut dan meninggalkan timbunan lumpur setebal 60-80 sentimeter.

Tanah ambles sedalam 20 meter di Dusun Serpeng Wetan, Desa Pacarejo, Semanu, Gunungkidul, membentuk sebuah danau berair jernih (29/11).
Sumber: http://regional.kompas.com/read/2017/12/06/18134481/viral-di-medsos-tanah-ambles-di-gunungkidul-membentuk-danau-berair-jernih .

Menurut penjelasan Guru Besar Fakultas Teknologi Mineral, Prof., Dr. Sari Bahagiarti K., M.Sc. yang juga ahli Hidrogeologi UPN “Veteran” Yogyakarta, tanah ambles dan danau dadakan terjadi karena terdapat rongga-rongga, gua-gua, dan sungai-sungai di bawah tanah (topografi karst). Saat curah hujan sangat tinggi, rongga-rongga di bawah tanah akan penuh terisi air. Jika sifat sungai di bawah tanah itu artesis atau semi artesis, tekanan hidrostatik akan menyebabkan air yang berada di dalam rongga akan keluar kembali ke permukaan.

Data yang dihimpun oleh BPBD DIY hingga 1 Desember 2017 menyebutkan korban jiwa sebanyak delapan orang, dengan rincian 3 orang di Kota Yogyakarta, 2 orang di Gunungkidul, 2 orang di Kulon Progo, dan 1 orang di Bantul. Ribuan warga lainnya terpaksa harus mengungsi di beberapa titik lokasi pengungsian maupun di rumah kerabat masing-masing.

Sekretaris Daerah (Sekda) Pemda DIY, Gatot Saptadi, menuturkan bahwa kerugian fisik maupun nonfisik dari bencana ini apabila diakumulasi mencapai angka 200 milyar rupiah.

 

Penanganan Tanggap Darurat

Petugas gabungan melakukan evakuasi dua korban longsor yang tertimbun tanah setebal 3 mteter di Girimulyo, Kulon Progo (30/11). Sumber: http://jogja.tribunnews.com/2017/11/30/ini-foto-foto-menegangkan-evakuasi-korban-longsor-girimulyo .

Pemerintah DIY telah menetapkan status Siaga Darurat Bencana Banjir, Tanah Longsor, dan Angin Kencang dengan Ketetapan Gubernur Nomor 251/KEP/2017 pada tanggal 28 November 2017. Plt, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta, Krido Suprayitno, mengatakan bahwa masa tanggap darurat dilaksanakan sampai dengan tanggal 14 Desember 2017 dan masih bisa diperpanjang.

Sebagai upaya penanganan darurat, BPBD DIY mendistribusikan 144 paket buferstok, 120 paket makanan siap saji, 180 lauk pauk, 140 paket untuk pemenuhan gizi, 20 paket deklit, dan 20 paket seng ke lokasi bencana. BPBD DIY juga telah mengajukan anggaran sebesar 2,5 milyar rupiah untuk penanganan darurat seperti kesehatan, logistic dan buka akses.

Tagar #prayforjogja membanjiri media sosial. Tak hanya itu, berbagai lembaga dan komunitas turut mengirimkan bantuan kepada para korban banjir (30/11).
Sumber: https://twitter.com/hashtag/pray .

Kepala Seksi Pengelolaan Jaringan Irigasi Bidang Sumber Daya Air, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Bantul, Yitno S.T., M.T., mengatakan pihaknya akan melakukan pembersihan Jembatan Ketonggo Pleret, Pijenan Pandak, Soko Pundong, Klegen, dan Mejing Bambanglipuro guna mencegah kerusakan akibat tumpukan sampah. Tindakan pencegahan juga dilakukan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN Persero) Area Yogyakarta dengan memadamkan 302 trafo yang mensuplai 23.091 pelanggan di DIY.

Selain tindakan preventif yang dilakukan demi menghindari kerusakan infrastruktur yang lebih parah, pencegahan wabah penyakit yang rawan timbul setelah terjadinya banjir seperti tifus, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), penyakit kulit, dan leptospirosis yang biasanya disebarkan oleh tikus juga harus dilakukan. Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembayun Setyaningastutie, telah menyiapkan petugas, puskesmas, dan rumah sakit yang selalu siaga selama 24 jam serta memastikan stok obat yang dibutuhkan mencukupi.

 

Fakta Seputar Siklon Tropis Cempaka

1. Badai tropis yang pernah terjadi di Indonesia

Kemunculan badai tropis yang tercatat sejak terbentuknya Jakarta Tropical Cycole Warning Center pada tahun 2008. Sumber: dokumentasi penulis.

Hal menarik ketika sebuah badai atau siklon tropis titik awalnya berada di wilayah Indonesia, badai tersebut akan selalu bergerak menjauh. Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Hari Tirto, memberikan contoh sebuah siklon yang cikal bakalnya di perairan Samudera Pasifik sebelah utara Papua akan bergerak ke arah Filipina dan terakhir bisa ke wilayah Cina, Bangkok, Vietnam, atau ke arah Jepang. Demikian pula dengan siklon yang titik kemunculannya berada di Samudera Hindia sebelah barat Sumatera akan bergerak ke selatan, barat daya, ke arah Pulau Christmas, dan sebagainya.

2. Asal-usul nama badai tropis

Ada peraturan standar yang ditetapkan World Meteorogical Organization (WMO) dalam penamaan badai atau siklon tropis. Di Indonesia sendiri, pemberian nama siklon tropis mengikuti kewenangan dari Jakarta Tropical Cycole Warning Center. Setiap nama badai harus sesuai urutan alfabet serta menggunakan nama-nama bunga agar tidak asing dan lebih mudah diingat oleh masyarakat.

(Artikel kurasi oleh: Alifah Mutia S.)