Seminar Nasional Jurnalisme Sastra: Menyampaikan Berita dengan Bercerita

Penyair Hujan di Bulan Juni ini bercerita panjang-lebar tentang pengalamannya sebagai penikmat sekaligus penulis jurnalisme sastra (27/8).

oleh: Mochamad Ridha

LPPM Sintesa Fisipol UGM kembali menggelar acara tahunan berupa seminar nasional, kali ini dengan tema Membaca Dinamika Pergerakan Bangsa melalui Jurnalisme Sastra Minggu (27/8) di kampus Fisipol. Hadir sebagai pembicara utama adalah Guru Besar Sastra UI dan penerima SEA Write Award, Prof. Sapardi Djoko Damono.

“Dahulu, jurnalis juga seorang sastrawan. Makanya, jangan heran jika kalian membaca tulisan jurnalis terdahulu bahasanya mendayu-dayu. Sedap dibaca,” ucap Sapardi Djoko Damono memulai seminar jurnalisme sastra, Minggu (27/8/2017) di Auditorium Mandiri Lt. 4 Fisipol.

Bagi Sapardi, diskusi terkait jurnalisme sastra menjadi penting untuk diselenggarakan karena jurnalisme sastra sendiri merupakan bagian dari khazanah keilmuan jurnalisme yang kini sudah mulai jarang dibahas. Padahal, dahulu, di saat khalayak jenuh akan bahasa jurnalisme yang kaku, jurnalisme sastra menyajikan pembaruan dengan bahasanya yang lebih sastrawi. Sebab itu, kini jurnalisme menjadi populer kembali, terangnya.

“Jurnalisme adalah berita dan sastra adalah cerita. Sederhana saja dalam mendefenisikan jurnalisme sastra, yaitu menyampaikan berita dengan bercerita. Sederhana bukan,” lanjut Eyang Sapardi –begitu ia biasa dipanggil– yang diiringi dengan gelak tawa peserta.

Dalam seminarnya, Eyang Sapardi menjelaskan bahwa jurnalisme sastra dibangun dengan gaya khas berbentuk cerita. Hal ini bertujuan sebagai upaya keabadian dari substansi fenomena yang diangkat. Selain itu, ia juga menjelaskan terkait peran jurnalisme sastra yang ditinjau dari aspek historis kebangsaan, bahwa jurnalisme sastra punya peran yang besar dalam dinamika kebangsaan.

Meski berusia 77 tahun, Sapardi masih penuh energi dan semangat ketika memotivasi mahasiswa tentang jurnalsime sastra

Seminar ini dihadiri oleh lebih dari 150 peserta yang berasal dari beberapa wilayah seperti Bantul, Kota Yogyakarta hingga Kota Solo. Seminar ini berjalan dengan lancar dan menyenangkan, terlihat dari antusiasme dari peserta dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada Prof. Sapardi Djoko Damono.

“Kurang lebih, terdapat delapan pertanyaan yang menjadi bahan diskusi pada forum tadi. Sangat senang rasanya, bisa mendapatkan banyak perspektif baru tentang jurnalisme,” ucap Ridha (20) Senin (28/8/2017), Pemimpin Redaksi LPPM Sintesa Fisipol sekaligus moderator dalam Seminar Nasional ini.

“Kami cukup senang dengan lancarnya acara ini, terlebih lagi dengan keaktifan para peserta yang membuat diskusi di forum ini semakin hangat. Dengan kondisi seperti ini, tentu banyak ilmu dan pengalaman yang bisa kita serap dari beliau,” kata Azinuddin (20) Senin (28/8/2017), yang merupakan Pemimpin Umum LPPM Sintesa Fisipol.

Azinuddin melanjutkan bahwa kegiatan ini juga sebagai bentuk iktikad baik dari teman-teman LPPM Sintesa Fisipol untuk kembali memunculkan narasi-narasi dari jurnalisme sastra yang kini sudah tak terdengar lagi.

Irina (19), salah satu peserta seminar, mengutarakan kesenangannya bisa menghadiri seminar ini. “Senang sekali rasanya bisa bertatap muka secara langsung dengan Eyang Sapardi, terlebih lagi saya bisa mendapatkan ilmu dari beliau secara langsung. Dan tentunya ketika saya bisa mendapatkan tanda tangan beliau di karya beliau yang saya koleksi,” terangnya sambil tersenyum.

“Jadilah tukang berita yang pandai bercerita,” kata Sapardi menutup uraiannya tentang Jurnalisme Sastra.

Live report seminar melalui akun resmi Line LPPM Sintesa Fisipol