Okazaki Art Theatre: Teater Jepang di Kedai Kebun Forum Yogyakarta

Oleh: Rusydina Dwinanda Chaerani

 

Berlokasi di Kedai Kebun Forum Yogyakarta, Okazaki Art Theatre mementaskan pertunjukan teater dengan mengangkat isu-isu imigran dan isu politik yang jarang dipentaskan oleh kelompok teater lain. Dengan lebih menonjolkan narasi monolog, sutradara ingin membuat penonton memahami dan membentuk imaji sendiri tentang jalan cerita yang dipentaskan. 

Okazaki Art Theatre merupakan teater asal Jepang yang didirikan pada tahun 2013 dan untuk pertama kalinya mereka datang ke Yogyakarta untuk menampilkan sebuah pertunjukan yang bertajuk “+51 Aviación, San Borja”. Berlokasi di Kedai Kebun Forum, Jalan Tirtodipuran 30 Yogyakarta pada tanggal 10 – 11 September 2017 pukul 19.30 WIB. Karena tempat yang terbatas, penonton diharuskan reservasi dan membayar HTM sebesar Rp 20.000,00.

“+51 Aviación, San Borja” menceritakan perjalanan penuh teka-teki dari Tokyo hingga Peru melacak para imigran, masyarakat, dan “tanah air”. Terinspirasi dari penelusuran akar muasal keberadaan Yudai Kamisato, sutradara sekaligus penulis naskah juga sebagai  pelopor generasi muda pembuat Teater Jepang.

Pertunjukan “+51 Aviación, San Borja” mencoba untuk menggali indentitas Kamisato serta isu sosial politik yang lebih luas melalui bahasa teater yang unik. Selain menceritakan mengenai kehidupan personal Kamisato, pertunjukan tersebut juga menceritakan Seki Sano, seorang sutradara teater proletar di masa Jepang sebelum perang.

Uniknya, Kamisato belum pernah bertemu secara langsung bahkan membaca karya-karyanya. Kamisato mengatakan jika orang dan aktor-aktor Jepang sekarang tidak banyak yang mengenal Seki Sano. “Aktor Jepang tidak tau tentang Seki Sano. Saat diriku membaca buku sejarah Seki Sano, langsung tertarik dan ingin memperkenalkan kepada orang Jepang,”  katanya.

Pertunjukan berdurasi 80 menit tersebut dipentaskan dalam bahasa Jepang dengan teks terjemahan bahasa Indonesia. Atmosfer yang hadir pada saat pementasan “+51 Aviación, San Borja” di samping menarik dengan sound effects juga lighting,  durasi yang terbilang lama dan lebih menonjolkan narasi monolog dibandingkan gerak olah tubuh aktor, membuat penonton merasa jenuh.

“Bentuk yang tidak aku ekspektasikan dari Teater Jepang apalagi ceritanya baru dapet ketika nonton. Karena berbahasa Jepang dan ada terjemahan secara visual itu cukup mengganggu. Artinya, visual terbagi sehingga indera kita bekerja berkali-kali lipat. Jujur secara pemanggungan agak membosankan karena banyak narasi yang disampaikan monolog,” kata Pandu, salah satu penonton Okazaki Art Theatre.

Arda yang juga sama-sama penonton mengatakan bahwa ia tertarik karena isu yang dibahas namun merasa sedikit kecewa. “Sebelumnya saya pernah nonton teater Jepang dan presentasinya bagus. Namun pada pementasan kali ini, isunya cukup menarik tentang politik identitas tapi cara mempresentasikan belum memuaskan. Capek juga menonton terjemahan jadi tidak bisa fokus ke pertunjukan,” katanya.

Pertunjukan “+51 Aviación, San Borja” di Kedai Kebun Forum dipentaskan dalam bahasa Jepang dengan teks terjemahan bahasa Indonesia (ditampilkan dalam layar). Diperankan oleh Masahiko Ono, Wataru Omura, dan Mari Kodama.

Pendapat lain terlontar dari Yesa. “Salah satu teater yang cukup merangsang otak untuk berfikir akan sesuatu. Jadi kita tidak dicekoki suatu cerita tapi kita harus menyusun sendiri kira-kira skemanya seperti apa. Aviacion street itu seperti apa, Peru itu kayak gimana, jadi harus membayangkan sendiri,” kata Yesa, selaku penonton Okazaki Art Theatre.Yudai Kamisato, selaku sutradara mengungkapkan bahwa ia adalah tipe sutradara yang lebih menyukai banyak cerita narasi dibandingkan menonjolkan gerak tubuh. “Menurut saya teater itu jika banyak gerak tubuh, akan sangat kuat pesannya. Saya tidak mau itu, biarkan penonton yang memikirkannya sendiri,” katanya pada saat sesi tanya jawab berlangsung.

Suasana saat bincang-bincang serta tanya jawab paska pertunjukan dengan sang sutradara, Yudai Kamisato (tengah), penerjemah bahasa (kiri), dan pembawa acara, Joned Suryatmoko (kanan). Penonton dapat menanyakan pertanyaan apa saja berkaitan dengan pementasan yang masih meninggalkan tanda tanya.

Meski banyak atmosfer yang hadir, pertunjukan “+51 Aviación, San Borja” berlangsung dengan sukses. Terdapat sesi tanya jawab paska pertunjukan dengan sang sutradara. Keberhasilan pertunjukan tersebut tidak lepas dari bantuan pihak panitia.

“Saya membantu menyiapkan untuk mencarikan gedung, mempersiapkan tempat dan kebutuhan-kebutuhan lainnya,” kata Joned, selaku host acara dan yang mengurusi sebagai tuan rumah.