Oleh: Yuni Afita Sari
Kamis (7/12), film Indonesia The Seen and Unseen meraih penghargaan internasional pada 12th Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) di Restoran Cielo 370 Grand Aston Hotel Yogyakarta. Sebelumnya, film ini meraih penghargaan Wouter Barendrecht Award dari Fortissimo Films di Hong Kong Asian Film Financing Forum dan Toronto International Film Festival (TIFF) 2017 sebagai film pilihan terpanas dari pimpinan TIFF, Piers Handling.
The Seen and Unseen bercerita tentang kehidupan anak Bali yang sarat dengan kearifan lokal, tradisi, mitos, dan budaya. Film produksi Treewater Productions dan Fourcolours Film ini mengisahkan persaudaraan antara Tantri dan Tantra, sepasang kembar buncing yang memiliki ikatan batin kuat satu sama lain. Diperankan oleh Ni Kadek Thaly Titi Kasih (12) dan Ida Bagus Putu Radhitya Mahijasena (13), kisah Tantri dan Tantra berawal ketika Tantra mengidap penyakit tumor yang menekan saraf. Tantri dan Ibunya (Ayu Laksmi) sangat terpukul mengetahuinya. Setiap malam saat Tantri terlelap dalam mimpi, ia merasakan kehadiran Tantra. Tantri dan Tantra bernyanyi, menari, melewati momen, dan berbagi pengalaman spiritual bersama.
Pada Oktober 2017, film ini ditayangkan di Busan International Film Festival. Kemudian November 2017 film yang disutradarai Kamila Andini ini kembali dianugerahi dua penghargaan internasional. Pertama sebagai best youth feature film di Asia Pacific Screen Awards yang diselenggarakan di Brisbane, Australia. Selanjutnya sebagai best grand prize bersama film Marlina the murderer in four acts di Tokyo FilmeX International Film Festival, Tokyo, Jepang.
Golden Hanoman adalah penghargaan yang diberikan kepada film Asia terbaik pertama melalui penjurian dalam program Asian Feature. Film ini terpilih diantara sembilan film panjang lainnya, seperti Marlina the Murderer in Four Acts dari Indonesia, By the Time It Gets Dark dari Thailand, Love and Shukla dari India, dll.
Dengan penuh suka cita, Andini membagikan perasaan syukurnya kepada pengikut akun instagramnya.
“Bali dalam hal ini adalah tempat yang keholistikannya masih bisa dirasakan dalam keseharian. Sekala Niskala (atau dalam bahasa Inggris: The Seen and Unseen) adalah filosofi yang mereka percayai dalam hidup. Selaras dengan semua yang terlihat dan juga tidak terlihat. Konsep ini sangat mendefinisikan Asia dalam pandangan saya,” kata Kamila Andini melalui rilis pers yang disebar ke media.
The Seen and Unseen bertutur tentang konsep Sekala Niskala, sebuah kepercayaan tentang segala hal yang terlihat oleh mata selalu berdampingan dengan yang gaib. Andini membuat film dari sudut pandang anak-anak, dalam hal ini Tantri, karena ia merasa dekat dengan kepolosan dan keingintahuan mereka. Ada sesuatu yang sangat otentik dalam interpretasi Andini tentang bagaimana anak menghadapi trauma, bagaimana mereka mengatasi stres dan bagaimana mereka berkabung. Melalui tataran visual yang memukau, Andini tidak hanya memperkenalkan Sekala Niskala, namun juga keindahan Indonesia pada dunia.
Film ini adalah film panjang kedua yang disutradarai Kamila Andini. Andini pernah memproduksi The Mirror Never Lies di tahun 2011. Melalui The Mirror Never Lies, dia memenangkan beberapa award diantaranya Earth Grand Prix Award di Tokyo International Film Festival, Bright Young Talent Award di Mumbai International Film Festival, dan juga FIPRESCI Award di the Hong Kong International Film Festival. Sebelum membesut film panjang, Andini sudah lebih lama berkiprah di film dokumenter. Perempuan kelahiran Jakarta ini memulai karirnya dengan membuat beberapa film dokumenter tentang laut.
Andini pantas bangga, The Seen and Unseen yang digarapnya selama 5 tahun ini telah membawanya keliling ke berbagai negara. Kegiatannya sebagai film maker dapat dilihat melalui instagram (@kamilandini). Istri dari sutradara Ifa Isfansyah ini menuturkan, ”Tujuan membuat film adalah untuk dibagikan, didiskusikan, dan dibenturkan dengan pemikiran lain, untuk menemukan jawaban-jawaban”.
Kemenangan The Seen and Unseen di 12th Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) 2017 menambah daftar prestasi film ini. Mendatangkan film-film karya filmmaker ternama dan ratusan penonton se-Asia menjadikan JAFF sebagai ajang bergengsi. Ifa Isfansyah, produser film ini, menyatakan The Seen and Unseen akan tayang di bioskop Indonesia kira-kira di awal tahun 2018. Lihat trailernya di sini.